JAKARTA - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat mengatakan kecerdasan buatan (AI) menjadi sebuah kewajiban di masa depan.
Ia menilai kecerdasan buatan bukan hanya sekadar kebutuhan, namun lebih dari itu. Sehingga para lulusan perguruan tinggi harus memiliki inovasi agar tidak tergantikan.
"Sehebat-hebatnya AI, sebagaimana ditunjukkan oleh Prof Habibie, original intelligence itu adalah otak kita. Jadi, tidak mungkin manusia menciptakan suatu teknologi yang akan menghilangkan eksistensi diri kita sendiri, selama itu dibuat oleh manusia," kata Wamendikdasmen Atip di Jakarta, Sabtu (6/9/2025).
Karena itu, pihaknya akan menerapkan AI sebagai mata pelajaran pilihan, sehingga para murid dapat menguasai kemajuan zaman tersebut, dan AI tidak akan menggantikan peran-peran mereka.
Pada kesempatan itu, ia mendorong agar para lulusan perguruan tinggi memiliki inovasi dalam menciptakan terobosan baru.
Ia mencontohkan Prof Habibie yang pernah menyebutkan bahwa aluminium dan logam-logam hanya akan dihargai rendah, namun akan berbeda saat logam-logam tersebut tersusun menjadi sebuah pesawat.
“Kalau dijual tanpa kreatifitas pikir, harganya akan rendah. Jadi, yang menyebabkan naik ke nilai tambah itu adalah nalar, ada intervensi dari nalar kita. Inovasi juga menjadi syarat utama dalam pembangunan peradaban modern. Maka, lulusan inovatif mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, serta kearifan lokal untuk menjawab persoalan,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Asep Saefuddin mengingatkan para lulusan perguruan tinggi untuk terus menjadi pembelajar sejati yang tidak hanya mengejar gelar, tetapi juga mengejar makna atau nilai.
“Maka, bawa nama baik ini dengan bangga dan penuh integritas, penuh kecerdasan sosial, dan penuh akhlak mulia. Anda insya Allah akan menjadi khairul ummah, generasi terbaik yang bukan hanya sebagai pencari kerja, tetapi mampu menciptakan pekerjaan,” kata Asep Saefuddin. (ANT)