JAKARTA - Penggunaan gas air mata dalam sejumlah aksi demonstrasi di Indonesia kerap menimbulkan kontroversi. Meski dianggap sebagai salah satu cara aparat untuk membubarkan massa tanpa senjata mematikan, paparan gas air mata memiliki efek yang nyata terhadap kesehatan.
Gas air mata umumnya mengandung senyawa kimia seperti chloroacetophenone (CN), chlorobenzylidene malononitrile (CS), atau oleoresin capsicum (OC) yang bersifat iritatif. Zat tersebut dapat menimbulkan reaksi cepat pada mata, kulit, dan sistem pernapasan.
1. Mata
Bagian tubuh yang paling cepat merasakan dampak gas air mata adalah mata. Paparan langsung biasanya menimbulkan sensasi perih hebat, mata berair berlebihan, hingga pandangan kabur. Pada beberapa kasus, pembengkakan kelopak mata juga dapat terjadi.
2. Sistem Pernapasan
Menghirup gas air mata menyebabkan batuk, sesak napas, hingga rasa tercekik di tenggorokan. Bagi penderita asma atau penyakit pernapasan lainnya, paparan ini bisa memperparah kondisi dan berpotensi berbahaya.
3. Kulit
Kulit yang terpapar gas air mata bisa terasa panas, gatal, atau terbakar. Reaksi ini biasanya hilang setelah beberapa jam, tetapi pada individu dengan kulit sensitif, bisa menimbulkan iritasi lebih lama.
4. Psikologis
Selain fisik, gas air mata juga dapat memicu kepanikan massal. Banyak korban merasa bingung, sulit mengendalikan diri, bahkan kehilangan orientasi arah akibat rasa sakit yang mendadak. Situasi ini kerap menimbulkan risiko tambahan, seperti terjatuh atau terinjak saat berusaha menyelamatkan diri.