JAKARTA - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), melalui Direktorat Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal (PNFI), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK) menggelar Webinar Nasional Seri 1 Menuju Hari Aksara Internasional (HAI) 2025 secara daring, pada Rabu (13/8). Webinar ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan HAI 2025 yang mengusung tema nasional “Kesalehan Literasi Digital, Membangun Peradaban”.
Pada kesempatan ini, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi PKPLK, Tatang Muttaqin menjadi pembicara utama yang mengangkat topik “Kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK dalam Penguatan Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal bagi Daya Saing Pendidikan Masyarakat”.
Ia menegaskan bahwa penguatan pendidikan nonformal dan informal merupakan strategi penting dalam meningkatkan daya saing bangsa di tengah disrupsi teknologi, perubahan ekonomi, dan dinamika demografi global.
“Tantangan di abad ke-21 dan kebutuhan keterampilan di masa depan menuntut kita untuk merespons beragam disrupsi teknologi dan perubahan ekonomi serta demografi. Hal ini dapat dilihat dari 86% perusahaan global yang telah melakukan digitalisasi," kata Tatang Muttaqin.
"Indonesia juga menghadapi transisi hijau sebagai respons terhadap perubahan iklim, yang membuka peluang baru di sektor energi terbarukan. Di sisi lain, ketidakpastian global akibat fragmentasi ekonomi dan politik menuntut kepemimpinan serta komunikasi lintas budaya yang kuat,” ujar dia.
Ia memetakan empat tantangan besar yang perlu diantisipasi, yaitu 1) pengembangan AI literacy agar masyarakat siap bersaing di pasar kerja global, 2) integrasi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045, 3) penanggulangan ancaman digital seperti hoaks dan perundungan daring, serta 4) penguatan keadaban digital berbasis nilai-nilai luhur bangsa.
Dirjen Tatang juga menegaskan komitmen Kemendikdasmen dalam mengentaskan anak tidak sekolah melalui pendidikan keaksaraan dasar, lanjutan, hingga keaksaraan mandiri, yang diharapkan berdampak pada peningkatan rata-rata lama sekolah dan Indeks Pembangunan Manusia.
Pada sesi kedua, hadir pula Pengembang Kurikulum Ahli Madya Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Yusri Saad dan Akademisi Universitas Pendidikan Indonesia, Elih Sudiapermana, yang membahas “Pembelajaran Mendalam pada PNFI: Membangun Ruang Belajar yang Menghidupkan”. Mereka menekankan pentingnya pembelajaran yang bermakna (meaningful learning), menggembirakan (joyful learning), dan membangkitkan kesadaran belajar (mindful learning).
Hari Aksara Internasional yang diperingati setiap 8 September, ditetapkan sejak Konferensi Dunia tentang Pemberantasan Buta Huruf UNESCO di Teheran, Iran, pada 1965. Bagi Indonesia, momentum ini bukan sekadar seremoni, melainkan pengingat akan perjalanan panjang memberantas buta huruf—dari 97% pada awal kemerdekaan hingga kini menjadi jauh lebih rendah.
Di era digital dan perkembangan kecerdasan buatan (AI), literasi tak lagi sebatas membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kecakapan akademik, keterampilan fungsional, dan karakter tangguh menghadapi tantangan teknologi.
Melalui webinar ini, Direktorat PNFI memperkuat kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan praktisi pendidikan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang cakap literasi, berkarakter, dan berdaya saing tinggi. Rangkaian webinar akan berlanjut hingga puncak peringatan HAI 2025 pada 8 September mendatang.