• Info MPR

Di STEI SEBI, HNW Tekankan Generasi Milenial Harus Teladani Pendiri Bangsa

Agus Mughni Muttaqin | Selasa, 22/07/2025 15:23 WIB
Di STEI SEBI, HNW Tekankan Generasi Milenial Harus Teladani Pendiri Bangsa Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) memberikan kuliah umum di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) SEBI, Curug, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (Foto: Humas MPR)

JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) mengingatkan strategis dan pentingnya peran generasi muda, yang sekarang tampil dalam sebutan populer generasi milenial dan generasi Z, bila memang ingin mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045, program nasional yang mestinya sangat menguntungkan generasi milenial dan generasi Z.

Hal itu disampaikan HNW saat memberikan kuliah umum di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) SEBI, Curug, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (21/7/2025).

HNW yang hadir bersama Anggota MPR RI Fraksi PKS Al Muzammil Yusuf dan Rektor STEI SEBI Sigit Pramono, menegaskan bahwa generasi muda/generasi milenial harus berani meneladani profesionalitas, perjuangan, pemikiran dan kecintaan para pendiri bangsa, para tokoh yang sangat terpelajar, yang telah mereka perjuangkan sejak tahun 1924-an agar dapat mewujudkan cita-cita bersama Indonesia merdeka, yang baru terwujud tahun 1945.

“Saya ingin kembali mengingatkan antara lain keteladanan yang dicontohkan oleh Bung Hatta, Kahar Mudzakkir dan Bung Karno, Agus Salim dan lainnya, tokoh-tokoh terpelajar anggota BPUPK, Panitya 9 dan PPKI, yang dalam kebhinekaan mereka, dapat menyepakati menghadirkan ideologi Bangsa dan Negara Indonesia Merdeka yakni, Pancasila. Tidak mungkin Indonesia merdeka tanpa ideologi yang menyemangati perjuangan bersama para Bapak Bangsa. Dan 5 sila dari Pancasila yang final pada 18 Agustus, lahir dari ide besar dan keteladanan para negarawan,” ujar HNW.

Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKS ini juga mengutip kaidah sejarah Ibn Khaldun bahwa sejarah selalu berulang. Karena itu, ia mengingatkan mahasiswa generasi milenial saat ini dapat mengulangi jejak sejarah para Bapak Bangsa yang telah berjuang pada 100 tahun yang lalu, agar kesempatan memikul tugas besar menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka di tahun 2045 yang akan datang, dapat mereka persiapkan dengan serius sejak tahun 2025, sebagaimana kemerdekaan Indonesia tahun 1945 yang lalu disiapkan dengan serius sejak tahun 1924. 

“Generasi kalian semualah yang akan bertemu dengan momen emas 2045. Kalau generasi pendiri bangsa bisa memerdekakan Indonesia dari kondisi tanpa adanya negara Indonesia merdeka, maka generasi kalian harusnya lebih mampu membawa negara Indonesia yang sudah merdeka ini menjadi bangsa besar dan negara yang  benar-benar dapat mewujudkan cita-cita Indonesia,” kata Hidayat.

Namun, Hidayat tak menutup mata terhadap tantangan yang dihadapi bangsa saat ini. Mulai dari angka stunting yang masih tinggi, rendahnya indeks literasi, maraknya judi online hingga darurat pinjaman online yang menghantam banyak kalangan masyarakat, belum lagi korupsi dan pelemahan etika anak negeri.

“Bagaimana mungkin kita bicara Indonesia Emas jika 1 dari 5 anak Indonesia masih terkena stunting? Kalau orang tua terjebak judi online, ibu-ibu terjebak pinjol, anak muda terjebak literasi rendah, korupsi masih mengkhawatirkan.  Hal-hal demikian, bila terus dibiarkan akan menghadirkan kekhawatiran nasib cita-cita Indonesia emas, bila berganti menjadi  cemas, maupun lemas ,” tegas politisi senior PKS ini.

Karena itu, Hidayat mengajak mahasiswa untuk memperkuat ideologi cinta bangsa dan negara, meningkatkan kapasitas diri dan komunitas melalui peningkatan kualitas intelektual/pendidikan, serta keaktifan berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan negara. 

“Kalau kita tidak punya wawasan, tidak punya ideologi, tidak punya kualitas, maka kita tidak bisa efektif membangun bangsa ini sesuai cita-cita menyongsong Indonesia Emas 2045. Tapi saya yakin, generasi milenial di kampus-kampus sekarang  punya banyak keunggulan, apalagi dengan kemudahan akses mendapatkan banyak informasi maupun wawasan-wawasan yang mumpuni,” jelasnya.

Hidayat juga mengingatkan soal tantangan ideologi global, terutama dalam isu ketidakadilan internasional seperti penjajahan terhadap Palestina. 

“Ideologi Zionisme menjadi contoh bagaimana ideologi bisa digunakan untuk kezaliman. Tapi perjuangan bangsa Palestina di Gaza, juga membuktikan ideologi juga menampilkan peradaban berkeunggulan," ujar HNW.

"Indonesia dengan ideologi Pancasila yang digali dan disepakati oleh para Bapak Bangsa dengan aneka latar belakang kenegarawanan mereka, harus dipahami dan dilaksanakan dengan baik dan benar oleh generasi Milenial/gen Z, agar menjadi ideologi yang hidup dan menghidupi, sehingga selain bisa menjadi pilar terpenting menyongsong Indonesja Emas 2045, juga bisa menjadi tawaran solusi dan koreksi konstruktif atas terus berlanjutnya ketidakadilan dunia dan penghancuran peradaban sebagaimana mereka pertontonkan dalam tragedi genosida bahkan holocaust di Gaza,” sambungnya.

Di akhir pemaparannya, Hidayat menegaskan bahwa sejarah membuktikan bangsa Indonesia mampu bangkit bila memenuhi syarat kesuksesan seperti yang dilakukan para pendiri bangsa. “Peluang itu selalu terbuka, maka jangan dimubadzirkan, karena yang mubazir itu bukan temannya orang beriman, tapi temannya setan. Generasi muda, generasi milenial/gen Z, bila ingin menjadi panen demografi positif, harus menjadi pelurus sejarah, bukan penerus masalah,” tutupnya.

Kuliah Umum yang mengambil tema sentral "Membangun Ketahanan Ideologi Generasi Muda Demi Kemajuan Bangsa" ini sendiri, diikuti para mahasiswa dan mahasiswi lintas fakultas STEI SEBI dengan antusias.