Jakarta, Katakini.com - Perang bukan hanya perkara kekuatan fisik dan strategi militer. Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa kemenangan sejati dimulai dari hati yang berserah kepada Allah.
Saat menghadapi medan pertempuran yang berat, Rasulullah SAW tidak hanya memimpin pasukan dengan ketegasan, tetapi juga mengangkat tangan tinggi-tinggi ke langit, memanjatkan doa dengan penuh harap. Doa menjadi senjata spiritual yang mengiringi setiap langkah perjuangan.
Salah satu momen paling menyentuh terjadi saat Perang Badar. Kala itu, pasukan Muslim hanya berjumlah sekitar 313 orang, jauh lebih kecil dibandingkan 1.000 pasukan Quraisy.
Malam sebelum pertempuran, Nabi SAW berdoa dengan sangat khusyuk di bawah tenda kecil. Sorbannya jatuh karena lamanya beliau bersujud dan memohon pertolongan. Dalam doanya, beliau berkata:
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي، اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي، اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ
Allahumma anjiz lī mā wa‘adtanī, Allahumma āti mā wa‘adtanī, Allahumma in tuhlik hādhihi al-‘iṣābata min ahlil‑Islām, lā tu‘bad fī al‑arḍi.
"Ya Allah, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa yang Engkau janjikan padaku. Ya Allah, jika kelompok kecil ini binasa, maka Engkau tak akan lagi disembah di bumi."
Doa ini dikisahkan begitu menyayat hati hingga membuat para sahabat menangis. Tak lama setelah itu, Allah menurunkan bala bantuan berupa seribu malaikat untuk membantu kaum Muslimin meraih kemenangan.
Dalam situasi genting lain, seperti saat perjalanan atau serangan mendadak, Rasulullah SAW juga sering membaca kalimat singkat yang penuh makna dan penguatan jiwa:
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ نِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Hasbunā Allāhu wa ni‘mal‑wakīl, ni‘mal‑mawlā, wa ni‘man‑naṣīr.
"Cukuplah Allah bagi kami, sebaik-baik pelindung, penolong, dan pengurus urusan kami."
Kalimat ini menjadi peneguh keyakinan di tengah ketakutan dan ketidakpastian, termasuk dalam kondisi umat Islam yang terkepung di medan tempur.
Doa lain yang dikenal dibaca Rasulullah SAW terjadi saat Perang Khandaq atau Perang Ahzab, ketika Madinah dikepung oleh pasukan gabungan dari berbagai kabilah. Dalam tekanan luar biasa itu, beliau memohon:
اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ الْأَحْزَابِ اهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ
Allāhumma munzila‑l‑kitābi wa mujriya‑s‑saḥābi wa hāzima‑l‑aḥzābi, ihzimhum wa unṣurnā ‘alayhim.
"Ya Allah, yang menurunkan Kitab, yang menggerakkan awan, dan yang menghancurkan pasukan bersekutu. Hancurkanlah mereka dan tolonglah kami atas mereka."
Doa ini mencerminkan keyakinan Rasulullah bahwa kemenangan sejati datang dari langit, bukan dari pedang atau panji. Doa bukan hanya pengharapan, melainkan kekuatan spiritual yang menyatukan visi umat Islam dalam perjuangan.