Mengenal Rudal Hipersonik Milik Iran yang Sulit Ditangkal

Vaza Diva | Senin, 16/06/2025 13:30 WIB
Mengenal Rudal Hipersonik Milik Iran yang Sulit Ditangkal Ilustrasi - rudal hipersonik Fattah-1 (Foto: Noghtezan_Info)

Jakarta, Katakini.com - Pada Minggu dini hari (15/6), Iran meluncurkan serangan ke Kota Haifa, Israel, sebagai aksi balasan atas ketegangan militer yang dipicu Tel Aviv sebelumnya.

Dalam serangan tersebut, Iran dilaporkan menggunakan rudal hipersonik canggih yang berhasil menghantam kawasan industri minyak dan menyebabkan kerusakan besar.

Rudal yang digunakan adalah Fattah-1, senjata balistik berkecepatan tinggi yang pertama kali diperkenalkan Iran pada pertengahan tahun 2023. Fattah-1 digolongkan sebagai rudal hipersonik, artinya ia mampu melaju dengan kecepatan luar biasa serta memiliki kemampuan manuver ekstrem di fase akhir penerbangannya.

Berbeda dengan rudal balistik tradisional yang melaju dalam lintasan parabola dan lebih mudah diprediksi, Fattah-1 dapat mengubah arah secara tiba-tiba saat mendekati target. Inilah yang membuat rudal ini nyaris tak terdeteksi radar dan sulit ditangkal, bahkan oleh sistem pertahanan canggih milik Israel seperti Iron Dome.

Serangan ini semakin memanaskan situasi di kawasan, dan menunjukkan bahwa Iran telah memasuki babak baru dalam hal kapabilitas militer—khususnya dalam mengembangkan teknologi rudal yang mengancam sistem pertahanan lawan yang selama ini dianggap unggul.

Diklaim memiliki kecepatan maksimal antara Mach 13 hingga 15 sekitar 16.000 hingga 18.500 kilometer per jam, rudal ini melesat jauh lebih cepat dibandingkan misil konvensional lainnya.

Kecepatannya begitu tinggi sehingga jika diluncurkan dari wilayah barat Iran seperti Lorestan atau dari arah Tabriz, rudal Fattah-1 hanya membutuhkan sekitar empat hingga enam menit untuk mencapai wilayah Haifa di Israel, yang berjarak sekitar 1.000 kilometer.

Secara teknis, rudal ini memiliki panjang sekitar 15 meter dengan diameter satu meter. Fattah-1 membawa hulu ledak yang bisa mencapai 450 kilogram dan diluncurkan dengan dua tahap.

Tahap pertama menggunakan bahan bakar padat yang mendorong rudal menembus atmosfer, sedangkan tahap kedua membawa kepala rudal (reentry vehicle) yang dilengkapi dengan sirip manuver dan nozzle pengarah.

Inilah yang memberi Fattah-1 keunggulan manuver tinggi, sebuah fitur yang lazim ditemukan pada rudal hipersonik modern seperti DF-17 milik China atau Avangard milik Rusia.

Adapun serangan ke Haifa yang terjadi semalam kemungkinan besar melibatkan beberapa varian rudal balistik Iran, namun ada kemungkinan Fattah-1 digunakan sebagai bagian dari gelombang serangan awal. Sistem pertahanan Israel sempat kewalahan menghadapi lintasan rudal yang tak terduga. Beberapa proyektil berhasil melewati perisai udara dan menyebabkan kerusakan pada infrastruktur sipil serta pusat energi di pesisir utara Israel.

Keberadaan rudal hipersonik Fattah-1 membuka babak baru dalam dinamika pertahanan kawasan. Jika sebelumnya sistem pertahanan udara modern masih bisa menangani ancaman misil balistik konvensional, maka rudal hipersonik membawa tantangan jauh lebih kompleks. Kombinasi kecepatan ekstrem, lintasan fleksibel, dan kemampuan menghindar membuatnya nyaris tak terbendung kecuali dengan teknologi yang setara.