Jakarta, Katakini.com - Sebagai ajang sepak bola paling prestisius, Piala Dunia selalu diwarnai dengan berbagai drama dan kontroversi yang tak terelakkan. Dalam atmosfer penuh tekanan itu, peran wasit menjadi krusial sebagai pengadil yang menjaga jalannya pertandingan tetap adil.
Pada masa lalu, keputusan wasit bersifat mutlak dan tak bisa diganggu gugat. Namun, seiring perkembangan zaman dan meningkatnya tuntutan akan ketepatan, Piala Dunia mulai beradaptasi dengan berbagai pembaruan.
Kini, selain menjadi pentas megah para pesepak bola terbaik dunia, Piala Dunia juga menjadi laboratorium bagi teknologi canggih yang mendukung terciptanya pertandingan yang lebih jujur dan akurat.
Pertama kali digunakan di Piala Dunia 2014 Brasil, teknologi ini hadir untuk menjawab kontroversi seputar gol yang tak terlihat jelas. Sistem kamera super cepat ditempatkan di sekitar gawang dan mengirim sinyal ke arloji wasit dalam hitungan detik jika bola benar-benar melewati garis.
Berkat teknologi ini, tidak ada lagi gol hantu seperti yang terjadi dalam final 1966 atau insiden Frank Lampard di Afrika Selatan 2010, serta membawa akurasi tanpa mengganggu tempo permainan.
Masuk resmi di Piala Dunia 2018 Rusia, VAR menjadi perbincangan hangat baik dipuji maupun dikritik. Sistem ini memungkinkan wasit meninjau insiden-insiden krusial seperti pelanggaran penalti, offside, kartu merah langsung, dan kesalahan identitas pemain.
Selama edisi 2018, lebih dari 300 insiden ditinjau ulang dan keputusan diubah dalam puluhan kasus. Meski memperpanjang durasi laga, VAR terbukti meningkatkan keadilan di lapangan.
Piala Dunia 2022 Qatar memperkenalkan bola resmi bernama Al Rihla, yang dilengkapi chip sensor canggih di dalamnya. Sensor ini mampu melacak posisi bola hingga 500 kali per detik dan bekerja sama dengan kamera stadion untuk menentukan momen sentuhan secara akurat.
Data ini menjadi kunci dalam keputusan offside otomatis dan validasi gol, membuat proses pengambilan keputusan lebih cepat dan akurat.
Masih di Qatar 2022, FIFA menghadirkan sistem deteksi offside berbasis AI. Teknologi ini menggabungkan 12 kamera pelacak pergerakan pemain dan sensor bola untuk mendeteksi posisi offside dalam hitungan detik.
Hasilnya ditampilkan dalam animasi 3D yang transparan dan mudah dipahami penonton. Sistem ini mempercepat proses review dan mengurangi spekulasi yang kerap menimbulkan kontroversi.
Uji coba terbaru FIFA memperkenalkan sistem komunikasi lebih cepat antar ofisial dengan penggunaan smartwatch, tablet, hingga body camera.
Dalam turnamen eksperimental seperti Piala Dunia Antarklub 2025, teknologi ini dihadirkan untuk meningkatkan transparansi dan membantu penonton memahami proses pengambilan keputusan.
Walau belum diterapkan luas, langkah ini jadi cikal bakal sistem komunikasi baru di masa depan, dan tidak menutup kemungkinan bakal diimplementasikan di Piala Dunia edisi mendatang.