Jakarta, Katakini.com - Manusia akan selalu menghadapi berbagai ujian, baik dalam bentuk tekanan batin maupun penyakit, itu membuat mereka merasa telah kehilangan harapan.
Di tengah kondisi seperti itu, dzikir yang diajarkan oleh Nabi Ayyub Alaihissalam menjadi salah satu amalan yang diyakini dapat mendatangkan ketenangan dan bahkan kesembuhan.
Dalam sebuah ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menegaskan bahwa dzikir Nabi Ayyub bukan sekadar doa, melainkan ungkapan totalitas penghambaan dan kepasrahan kepada Allah. Ia menceritakan bagaimana dzikir tersebut diamalkan oleh seorang pria yang mengalami gangguan pada matanya. Awalnya, pria ini hanya bisa melihat dengan satu mata, sementara yang lain nyaris buta.
UAH mengungkapkan bahwa setelah rutin melafalkan dzikir Nabi Ayyub setiap hari, secara perlahan penglihatan pria tersebut mulai membaik. Pada hari ke-13 sampai ke-15, cahaya mulai tampak samar, hingga akhirnya ia benar-benar bisa melihat terang kembali. Momen itu membuatnya menangis haru dan bersujud syukur kepada Allah SWT.
Dzikir yang diamalkan Nabi Ayyub ketika diuji dengan penyakit berat berbunyi:
رَبِّ إِنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Rabbi inni massaniyadh-dhurra wa anta arhamur-rahimin.
Artinya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.”
UAH menjelaskan bahwa bacaan tersebut merupakan bentuk munajat dari hamba yang sadar sepenuhnya bahwa hanya Allah tempat memohon pertolongan. Bukan hanya sebagai terapi batin, dzikir ini juga menjadi energi spiritual yang dapat membuka pintu pertolongan Ilahi.
Ia menekankan bahwa dalam melafalkan dzikir, penting untuk menghadirkan keyakinan dalam hati. Bacaan itu akan menjadi doa yang kuat jika dibaca dengan penuh rasa tawakal, bukan hanya sebagai rutinitas lisan yang kosong dari makna.
Menurutnya, dzikir ini bisa dilafalkan kapan saja, namun lebih utama bila dibaca setelah shalat atau ketika seseorang merasa sangat terpuruk. Meski demikian, ia juga menegaskan bahwa dzikir bukan pengganti pengobatan medis, melainkan pelengkap spiritual untuk memperkuat usaha lahiriah.
Dalam kajiannya yang tayang di kanal YouTube @RuhaniSejati, UAH juga mengingatkan agar umat Islam tidak hanya menggantungkan diri pada keajaiban, tapi tetap berusaha sebaik-baiknya. Dzikir menjadi cara untuk mempererat hubungan dengan Allah dan menenangkan hati saat menghadapi ujian.
Banyak orang yang telah mengamalkan dzikir ini merasakan manfaatnya, baik secara fisik maupun psikis. Ada yang terbebas dari penyakit menahun, ada pula yang merasa lebih damai dalam menghadapi tekanan hidup.
UAH menyampaikan bahwa kisah Nabi Ayyub mengajarkan pentingnya kesabaran, keikhlasan, dan tidak berburuk sangka kepada takdir Allah. Selama seseorang berdoa dengan tulus dan tidak menyerah, Allah akan membukakan jalan pertolongan-Nya.
Ia menutup ceramahnya dengan pesan agar umat tetap konsisten dalam berzikir dan menjaga kualitas ibadah. Setiap cobaan, seberat apa pun, bisa dilalui jika hati bergantung sepenuhnya kepada Allah.
“Jangan biarkan kesulitan membuat kita lupa bahwa Allah adalah sebaik-baik penolong,” ujarnya.
Dengan mengamalkan dzikir Nabi Ayyub secara istiqamah dan dibarengi ikhtiar yang nyata, diharapkan umat dapat meraih ketenangan hati dan kesembuhan dari berbagai macam penyakit, baik lahir maupun batin.