• Gaya Hidup

Tren Baru Hidup Sehat Dengan Lakukan Urban Farming, Berkebun di Tengah Kota

Vaza Diva | Senin, 19/05/2025 08:30 WIB
Tren Baru Hidup Sehat Dengan Lakukan Urban Farming, Berkebun di Tengah Kota Ilustrasi - Urban Farming ditengah perkotaan (Foto: jpgindonesianet)

Jakarta - Di tengah padatnya gedung pencakar langit dan riuhnya lalu lintas perkotaan, sebuah tren gaya hidup sehat mulai tumbuh subur: urban farming. Aktivitas bertani di lahan terbatas kota ini kini semakin digemari, terutama oleh generasi muda yang ingin hidup lebih sehat, mandiri, dan ramah lingkungan.

Urban farming atau pertanian perkotaan merupakan praktik menanam tanaman, sayuran, buah-buahan, bahkan beternak dalam skala kecil di lingkungan kota, baik di halaman rumah, atap gedung, balkon apartemen, hingga dinding vertikal. Kegiatan ini menjadi solusi kreatif di tengah keterbatasan lahan hijau, sekaligus bentuk perlawanan terhadap gaya hidup serba instan yang kurang memperhatikan asal-usul makanan.

Pandemi COVID-19 beberapa tahun lalu menjadi salah satu pemicu meningkatnya minat masyarakat terhadap urban farming. Ketika banyak orang dipaksa tinggal di rumah, berkebun menjadi pelarian yang menenangkan sekaligus produktif. Dari sekadar menanam cabai dan tomat dalam pot, kini banyak warga kota yang serius membangun kebun mini di rumahnya dengan sistem hidroponik atau aquaponik.

Lebih dari sekadar hobi, urban farming juga terbukti memberikan banyak manfaat nyata. Secara fisik, berkebun membantu meningkatkan aktivitas tubuh dan mengurangi stres. Secara emosional, kegiatan ini memberikan rasa tenang dan kepuasan tersendiri ketika melihat tanaman tumbuh dan dipanen dari hasil tangan sendiri. Tak hanya itu, konsumsi hasil kebun pribadi mendorong pola makan sehat dan mengurangi ketergantungan pada produk pangan yang belum tentu segar atau bebas pestisida.

Pemerintah dan berbagai komunitas lingkungan pun mulai mendukung gerakan ini. Di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, muncul banyak komunitas urban farming yang rutin mengadakan pelatihan, berbagi bibit, hingga mengubah lahan kosong menjadi kebun bersama. Ini menunjukkan bahwa urban farming bukan sekadar tren musiman, melainkan potensi nyata untuk membangun kota yang lebih hijau, sehat, dan berdaya.

Urban farming juga dinilai sebagai langkah kecil namun signifikan dalam menghadapi krisis pangan dan perubahan iklim. Dengan menanam sendiri, masyarakat mengurangi jejak karbon dari distribusi pangan, mengelola sampah organik menjadi kompos, serta menjaga keberlanjutan ekosistem lokal di tengah lingkungan beton.