• News

Besok Batas Waktu Penarikan Pasukan, Israel Tetap di Lebanon Selatan

Yati Maulana | Sabtu, 25/01/2025 10:05 WIB
Besok Batas Waktu Penarikan Pasukan, Israel Tetap di Lebanon Selatan Sebuah mobil melaju melewati bangunan yang rusak di Naqoura, dekat perbatasan dengan Israel, Lebanon selatan, 23 Januari 2025. REUTERS

YERUSALEM - Pasukan Israel akan tetap berada di Lebanon selatan setelah batas waktu hari Minggu yang ditetapkan dalam kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah. Ketentuan perjanjian tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan, kata kantor perdana menteri Israel pada hari Jumat.

Berdasarkan perjanjian tersebut, yang mulai berlaku pada tanggal 27 November, senjata dan pejuang Hizbullah harus disingkirkan dari wilayah selatan sungai Litani dan pasukan Israel harus mundur saat militer Lebanon dikerahkan ke wilayah tersebut, semuanya dalam jangka waktu 60 hari yang akan berakhir pada hari Minggu pukul 4 pagi (0200 GMT).

Kesepakatan tersebut, yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Prancis, mengakhiri permusuhan selama lebih dari setahun antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran.

Pertempuran tersebut memuncak dengan serangan besar Israel yang membuat Hizbullah sangat lemah dan membuat lebih dari 1,2 juta orang di Lebanon mengungsi.

Kantor Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa proses penarikan militer Israel "bergantung pada penempatan tentara Lebanon di Lebanon selatan dan sepenuhnya dan efektif menegakkan perjanjian tersebut, sementara Hizbullah menarik diri di luar Litani".

"Karena perjanjian gencatan senjata belum sepenuhnya ditegakkan oleh negara Lebanon, proses penarikan bertahap akan terus berlanjut, dengan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat," kata pernyataan itu.

Tidak ada komentar langsung dari Lebanon atau Hizbullah.
Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Hizbullah mengatakan pada hari Kamis bahwa setiap penundaan penarikan Israel akan menjadi pelanggaran perjanjian yang tidak dapat diterima, yang harus dihadapi oleh negara Lebanon "melalui semua cara dan metode yang dijamin oleh piagam internasional".

Israel mengatakan kampanyenya melawan Hizbullah bertujuan untuk mengamankan kembalinya puluhan ribu orang yang dipaksa meninggalkan rumah mereka di Israel utara oleh tembakan roket Hizbullah.

Israel memberikan pukulan telak terhadap Hizbullah selama konflik, menewaskan pemimpinnya Hassan Nasrallah dan ribuan pejuang kelompok itu serta menghancurkan sebagian besar persenjataannya.

Hizbullah semakin melemah pada bulan Desember ketika sekutunya di Suriah, Bashar al-Assad, digulingkan, dan rute pasokan daratnya dari Iran pun terputus.