• Info DPR

Puan Angkat Isu Kelaparan Akibat Perang Pada Forum Parlemen G20 Brasil

Aliyudin Sofyan | Jum'at, 08/11/2024 17:18 WIB
Puan Angkat Isu Kelaparan Akibat Perang Pada Forum Parlemen G20 Brasil Ketua DPR RI Puan Maharani di Forum Parlemen G20 Brasil. Foto: dpr

JAKARTA – Ketua DPR RI Puan Maharani menghadiri G20 Parliamentary Speaker`s Summit (P20) ke-10 di Brasil, Amerika Selatan yang berlangsung sejak 6 November 2024..

Dalam forum yang mempertemukan pimpinan parlemen negara-negara G20 tersebut, Puan menyoroti isu kelaparan akibat konflik perang.

P20 ke-10 berlangsung di National Congress of Brazil, di ibu kota Brasilia, dengan tema utama "Parlemen untuk Dunia yang Adil dan Planet yang Berkelanjutan".

Pada sesi pertama bertema "Kontribusi Parlemen Terhadap Perang Melawan Kelaparan, Kemiskinan, dan Ketimpangan", Puan menjadi pembicara pertama. "Saya mengucapkan terima kasih kepada Presiden Kamar Deputi dan Presiden Senat Federal Brasil yang telah menjadi tuan rumah KTT Pembicara P20 tahun ini di Brasilia yang dinamis, serta atas keramahtamahan yang diberikan kepada saya dan delegasi DPR RI," kata Puan saat membuka pidatonya, Jumat (8/11/2024).

Puan menyoroti krisis global yang sedang berlangsung dan mengganggu kehidupan masyarakat di seluruh dunia, mulai dari pandemi Covid-19, ketidakstabilan ekonomi, perubahan iklim, hingga perang dan konflik. Kondisi ini telah meningkatkan kerawanan pangan dan energi, dengan hampir 700 juta orang atau 8,5 persen populasi global masih hidup dalam kemiskinan ekstrem.

"Kita hidup di era ketegangan geopolitik yang meningkat, mungkin ini adalah masa paling berbahaya sejak Perang Dunia II. Dunia sedang menghadapi badai masalah secara bersamaan," ujar Puan, cucu Proklamator Ir. Sukarno.

Menurut Puan, meningkatnya ketegangan geopolitik dan persaingan antarnegara telah mengalihkan perhatian dunia dari masalah masyarakat miskin. Ia mengungkapkan bahwa belanja militer global mencapai US$ 2,4 triliun pada 2023, yang setara dengan 2,3 persen dari PDB global. Di sisi lain, bantuan pembangunan resmi (ODA) hanya sebesar US$ 223,7 miliar, kurang dari 10 persen anggaran militer.

"Meskipun dunia kesulitan mengalokasikan dana untuk pendanaan iklim, pembangunan sekolah, fasilitas kesehatan, dan kebutuhan lain di negara-negara berkembang," jelas Puan.

Puan mempertanyakan apa yang bisa dicapai jika dunia mengalokasikan 50 persen dari belanja militer global, sekitar US$ 1,2 triliun per tahun hingga 2030, untuk membantu masyarakat miskin. "Kita akan memiliki dunia yang berbeda, di mana agenda dunia bebas dari kemiskinan dan kelaparan dapat tercapai pada 2030," ujarnya.

Dalam forum tersebut, Puan mengajak parlemen untuk memperbarui komitmen politik dalam mengalokasikan anggaran demi menciptakan dunia yang lebih damai dan sejahtera.

Puan juga mengajak anggota P20 mendukung upaya mengakhiri perang di Gaza, Ukraina, dan wilayah konflik lainnya. Ia meminta seluruh negara G20 untuk segera menyerukan gencatan senjata dan memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

"Solusi dua negara harus diwujudkan. Perang bukanlah hal yang tak terhindarkan, ini adalah keputusan politik, apakah kita memilih perang atau damai," tambahnya.

Pada sesi kedua bertema "Peran Parlemen Dalam Mempromosikan Pembangunan Berkelanjutan", Puan menjadi pembicara kedua setelah Ketua Majelis Nasional Republik Korea, Wonshik Woo.

Ia menegaskan bahwa Sustainable Development Goals (SDGs) adalah visi besar untuk masa depan yang lebih sehat, sejahtera, dan berkelanjutan. Namun, pencapaian SDGs menghadapi tantangan besar akibat meningkatnya ketegangan geopolitik, krisis iklim, dan kelaparan.

"Banyak negara berkembang terbebani oleh utang besar, sementara pencapaian agenda pembangunan 2030 terhambat oleh berbagai kejadian yang tidak menguntungkan," terang Puan.