Bamsoet Dukung Smelter Nikel dan Pabrik Baja di Sorong

| Rabu, 20/03/2024 16:48 WIB
Bamsoet Dukung Smelter Nikel dan Pabrik Baja di Sorong Ketua MPR, Bambang Soesatyo menerima jajaran PT Sheng Wei New Energy Technology dan Beijing Jianlong, di Jakarta, Rabu (20/3/24). (Foto: Humas MPR)

JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengapresiasi rencana dua investor asal China, PT Sheng Wei New Energy Technology dan Beijing Jianlong Heavy Industry Group Co, Ltd (Beijing Jianlong) membangun smelter nikel dan pabrik pembuatan baja dengan metode economic green di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Nilai investasinya diperkirakan mencapai Rp 75 triliun.

"Keberadaannya akan memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat Papua, khususnya dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," ujar Bamsoet.

"Diperkirakan 3.000 lebih tenaga kerja akan terserap untuk mengoperasionalkan smelter nikel dan pabrik baja tersebut," ujar Bamsoet usai menerima jajaran PT Sheng Wei New Energy Technology dan Beijing Jianlong, di Jakarta, Rabu (20/3/24).

Bamsoet menjelaskan, Beijing Jianlong merupakan grup perusahaan berskala besar. Beroperasi di berbagai industri yang mencakup eksplorasi sumber daya, pertambangan, pengolahan mineral, peleburan, pengolahan, manufaktur produk mekanik dan listrik.

"Perusahaan ini memiliki kapasitas produksi dan penggulungan baja mentah mencapai 35 juta ton, menduduki peringkat kedelapan di dunia dan kelima di Tiongkok," jelas Bamsoet.

"Perusahaan ini juga menempati peringkat ke-137 di antara 500 perusahaan Tiongkok teratas pada tahun 2020 dan peringkat ke-50 di antara 500 perusahaan manufaktur Tiongkok teratas pada tahun 2020," sambungnya.

Bamsoet menerangkan, program hilirisasi sumberdaya alam yang digagas Presiden Joko Widodo akan kembali dilanjutkan oleh Presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto.

Sehingga para investor tidak perlu khawatir, karena pemerintahan Indonesia selanjutnya tetap akan memberikan berbagai kemudahan. Baik dari ketersediaan bahan baku, infrastruktur penunjang, maupun berbagai stimulus ekonomi dan kemudahan lainnya.

"Berdasarkan laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel global diperkirakan mencapai 3,6 juta metrik ton pada 2023," kata Bamsoet.

Indonesia, kata Bamsoet, menjadi negara penghasil nikel terbesar di dunia pada 2023 dengan perkiraan volume produksi 1,8 juta metrik ton, berkontribusi 50 persen terhadap total produksi nikel global. Begitupun dengan potensi industri baja yang sangat besar.

"Kebutuhan baja nasional diperkirakan terus tumbuh hingga mencapai 100 juta ton pada 2045 dengan nilai investasi sebesar USD 100 miliar atau Rp1.553 triliun," pungkas Bamsoet.

FOLLOW US