JAKARTA - Dokter Lintas Batas, yang lebih dikenal dengan akronim bahasa Prancisnya MSF, telah menyerukan diakhirinya segera skema distribusi makanan militer Israel di Gaza, yang digambarkannya sebagai “kelaparan dan dehumanisasi yang dilembagakan”.
Dalam laporan suram yang dirilis pada hari Kamis (7/8/2025), berjudul "Ini bukan bantuan. Ini pembunuhan yang direncanakan", lembaga nirlaba medis tersebut menyatakan bahwa mereka mengoperasikan klinik di Rafah, Gaza selatan, dekat dua lokasi distribusi bantuan GHF yang berada di bawah kendali militer Israel dan kontraktor swasta AS.
Sejak situs-situs tersebut dibuka pada bulan Mei, tempat-tempat tersebut telah menjadi identik dengan “keributan, gelombang massa yang menyesakkan, penjarahan yang penuh kekerasan, dan tindakan `pengendalian massa` yang mematikan”, kata MSF dalam laporannya.
“Lokasi distribusi GHF sangat jauh dari standar yang diakui untuk distribusi kemanusiaan yang aman dan bermartabat,” demikian menurut laporan tersebut.
"Di mana pun di dunia tempat MSF beroperasi – termasuk di zona konflik yang paling bergejolak – tingkat kekerasan seperti ini di sekitar lokasi `distribusi bantuan` tidak akan ditoleransi. Ini harus dihentikan sekarang juga," tegas organisasi tersebut.
Tim MSF “siap secara mental untuk merespons konflik – namun tidak siap untuk merespons warga sipil yang terbunuh dan terluka saat mencari bantuan”, katanya.
Klinik perawatan primer MSF telah berubah menjadi unit korban massal sejak GHF mengambil alih kendali distribusi bantuan di Gaza, tambahnya.
Selama periode tujuh minggu pada bulan Juni dan Juli, MSF menerima 1.380 orang yang terluka dan 28 jenazah di dua klinik perawatan primernya di daerah al-Attar dan al-Mawasi, Gaza, yang dekat dengan dua lokasi distribusi GHF.
Pasiennya termasuk 174 orang yang menderita luka tembak, di antaranya wanita dan anak-anak, kata laporan itu, tetapi sebagian besar pasien adalah pria muda dan remaja laki-laki.
Sejumlah besar pasien dari lokasi GHF di Khan Younis datang dengan luka tembak di tungkai bawah dengan presisi yang "sangat menunjukkan penargetan yang disengaja terhadap orang-orang di lokasi distribusi, bukan tembakan yang tidak disengaja atau sembarangan", kata MSF.
Laporan tersebut mencatat bahwa banyak pasien juga mengalami cedera akibat tindakan “pengendalian massa”, termasuk semprotan merica dan jenis serangan fisik lainnya.
Pasien yang terluka di lokasi GHF biasanya tiba dalam keadaan tertutup pasir dan debu “karena menghabiskan waktu berbaring di tanah sambil berlindung dari peluru”, tambah laporan itu.
“Orang-orang ditembak seperti binatang,” kata seorang koordinator MSF dalam laporan tersebut.
"Mereka tidak bersenjata. Mereka bukan tentara. Mereka warga sipil yang membawa kantong plastik, berharap membawa pulang tepung atau pasta. Dan pertanyaan saya: berapa harga yang harus mereka bayar untuk satu kantong makanan?" (*)