• News

Pengamat: Rapat Akbar Aktivis 98 Sinyal Perlawanan pada Perusak Demokrasi

Aliyuddin Sofyan | Senin, 22/01/2024 06:25 WIB
Pengamat: Rapat Akbar Aktivis 98 Sinyal Perlawanan pada Perusak Demokrasi Pengamat Komunikasi Politik dan Sosial Frans Immanuel Saragih. Foto: katakini

JAKARTA – Rapat Akbar para aktivisi 1998 di Jakarta pada Minggu (2/1/2024) dinilai sebagai sinyal munculnya konsolidasi perlawanan terhadap para perusak demokrasi.  Rapat Akbar tersebut dihadiri oleh lintas organ seperti Presidium Perhimpunan Aktivis (PA) 98 yang diwakili oleh Fauzan Luthsa, Kawan 98 Joshua Napitupulu, Ray Rangkuti, Ubedilah Badrun, dan banyak aktivis lagi.

Pengamat Komunikasi Politik Frans Immanuel Saragih melihat Rapat Akbar tersebut merupakan terobasan yang bagus sebagai pendidikan politik bagi generasi muda. Pertemuan itu juga sebagai momentum melakukan perlawanan terhadap para perusak demokrasi.

“Saya perhatikan dari sejumlah foto jug banyak dihadiri oleh kaum muda, baik dari kampus dan lain lain. Yang hadir merupakan pelaku sejarah pada tahun 1998, dimana mereka mengingatkan bahaya yang terjadi apabila kita melupakan peristiwa kelam 1998,” kata Frans, Senin (22/1/2024).

Menurut Frans, pembungkaman atas kasus 1998 tersebut akan tetap menjadi misteri dan memberikan luka dalam bagi para keluarga korban.

“Dan para pihak yang diduga melakukan peristiwa tersebut masih ada hingga saat ini,” ujarnya.

Sebelumnya dalam dalam Rapat Akbar Aktivis 98, Fauzan sebagai Kordinator Perhimpunan Aktivis 98 menuturkan bahwa ancaman kembalinya Orde Baru atau neo Orba akan mungkin terjadi apabila Prabowo menjadi Presiden.

Menurut Frans, para pelaku 98 masih merasakan trauma yang mendalam, karena masih banyak para aktivis 98 yang belum diketahui nasib mereka, apakah sudah meninggal atau di mana. Bahkan acara Kamisan, masih terus berlangsung.

Selain itu Frans juga menuturkan bahwa Rapat Akbar ini merupakan momentum penting bagi pendidikan politik Indonesia untuk melawan lupa dan mempersiapkan diri bagi aeluruh lapisan masyarakat terhadap kondisi saat ini yang sedang tidak baik-baik saja.

“Jadi sudah saatnya masyarakat mulai berpikir dan peduli akan kondisi bangsa ini ke depan, terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam iklim demokrasi,” katanya.

Frans berpesan, “utamakan kewarasan berpikir, perbanyak literasi, dan banyak belajar sejarah agar bangsa ini bergerak maju dan tidak mudah diadu domba.”

FOLLOW US