• News

Kandidat Pilpres Belum Serius Kupas Isu Krisis Iklim dan Transisi Energi

Pamudji Slamet | Rabu, 20/12/2023 17:20 WIB
Kandidat Pilpres Belum Serius Kupas Isu Krisis Iklim dan Transisi Energi Kandidat Presiden Pilpres 2024

JAKARTA - Hasil Analisis Big Data “Rekam Jejak Capres-Cawapres 2024 dalam Isu Krisis Iklim dan Transisi Energi” yang diluncurkan Yayasan Indonesia Cerah dan Markdata menemukan, belim ada kandidat yang mengulas secara serius dan mendalam isu krisis iklim dan transisi energi.

Kendati semua pasangan Capres-Cawapres secara umum telah membicarakan dan memasukkan isu iklim dan transisi energi dalam Visi dan Misi, namun kualitas narasinya bersifat umum dan belum responsif terhadap perkembangan kebijakan terkini.

Laporan “Rekam Jejak Capres-Cawapres 2024 dalam Isu Krisis Iklim dan Transisi Energi” menggunakan teknik analisis konten, dengan melakukan klasifikasi pembobotan keyword terhadap kata kunci ke dalam tiga kategori. Yakni basic, moderate, dan advance.

Teknik tersebut dilakukan untuk menilai seberapa sering dan dalam konteks apa berbagai kata kunci muncul dalam data yang dikumpulkan. Penilaian dilakukan dalam rentang waktu satu tahun, yaitu 25 Oktober 2022 hingga 25 Oktober 2023.

“Karakteristik kata kunci basic adalah yang secara umum dikenal luas publik dan pengertiannya sudah disepakati bersama karena maknanya yang bersifat luas. Sementara kata kunci moderate memiliki karakteristik yang lebih dikenal oleh kelompok tertentu karena berkaitan dengan aspek-aspek khusus dari isu krisis iklim dan transisi energi. Adapun karakteristik kata kunci advance bersifat lebih teknis. Istilah-istilah ini umumnya berkaitan dengan aspek yang spesifik dan mendalam terhadap topik-topik tertentu seiring perkembangan isu krisis iklim dan transisi energi,” kata Faisal Arief Kamil, CEO Markdata dalam keterangannya, yang dikutip di Jakarta, Rabu (20/12/2023).

Al Ayubi, Just Energy Transition Associate CERAH, memaparkan hasil analisis perbandingan. Dikatakan,  di antara ketiga pasangan kandidat Capres-Cawapres tahun 2024, pasangan nomor urut 1, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, tercatat paling sering membicarakan isu iklim dan transisi energi, baik dalam pemberitaan di media massa (585 temuan) maupun dokumen Visi dan Misi (64 temuan). Meski begitu, bobot narasi kedua isu tersebut sebagian besar masuk kategori basic, seperti “kendaraan listrik”, “polusi udara”, dan “kualitas udara”.

Sebaliknya, pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming, adalah yang paling sedikit membicarakan isu iklim dan transisi energi, baik dilihat dalam pemberitaan media massa (75 temuan) maupun dokumen Visi dan Misi (20 temuan). Pada pemberitaan, pasangan ini sering menyebutkan isu soal “kendaraan listrik” dan “PLTS”, sementara dalam Visi dan Misi “ekonomi hijau” dan “perubahan iklim”. Kata kunci yang paling banyak ini masuk ke dalam kategori basic-moderate.

Sementara itu, pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dibandingkan dengan pasangan lainnya memiliki bobot narasi yang moderate dalam membicarakan isu iklim dan transisi energi. Hanya saja,  dari segi jumlah tidak terlalu banyak dengan 99 temuan dalam pemberitaan dan 20 temuan dalam Visi dan Misi. Isu “PLTS” menjadi yang paling banyak disebut dalam pemberitaan, sementara “ekonomi hijau” terbanyak muncul dalam Visi Misi. Kedua kata kunci, baik dalam pemberitaan dan dokumen Visi Misi menjadikan pasangan ini memiliki bobot moderate paling besar dibandingkan kedua pasangan lainnya.

Menurut Agung Budiono, Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah mengatakan, temuan hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan “asupan gizi” bagi semua kandidat pasangan Capres-Cawapres 2024. Mereka diharapkan bisa lebih menajamkan gagasan dan ide soal isu iklim dan transisi energi. Penajaman itu baik dalam Visi dan Misinya masing-masing, maupun saat debat Capres-Cawapres mendatang yang akan mengangkat isu tersebut.

“Kami melihat ada sejumlah gap yang ditutup dan didalami terkait gagasan mereka tentang iklim dan transisi energi. Misal bagaimana target pasangan kandidat untuk melepaskan Indonesia dari ketergantungan energi fosil dan menekan emisi, contohnya pada pandangan mereka terkait skema pensiun dini PLTU. Selain itu juga publik kaum muda, menanti gagasan kandidat Capres-Cawapres soal terbukanya peluang dari sektor pekerjaan hijau (green jobs), dimana sekarang ketersediaan informasi dan akses ke green jobs di Indonesia masih terbatas,”  papar Agung.

Berikut temuan kunci laporan:
1. Mayoritas isu mengenai krisis iklim dan transisi energi merupakan isu yang cukup banyak disebut oleh ketiga pasangan Capres-Cawapres. Namun, kedua isu tersebut belum terlihat jadi isu utama yang diunggulkan untuk meraih suara.

2. Terdapat perbedaan antara topik yang banyak disebut dalam pemberitaan media massa dengan yang tercantum dalam dokumen Visi dan Misi seluruh pasangan Capres-Cawapres.

3. Mayoritas topik yang paling banyak disebut dalam pemberitaan media massa dan dokumen Visi dan Misi tidak masuk kategori advance. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga pasangan Capres-Cawapres belum cukup responsif terhadap perkembangan isu kebijakan iklim dan transisi energi.
Temuan tersebut juga memperlihatkan bahwa ketiga pasangan Capres-Cawapres belum cukup artikulatif dalam menyuarakan isu mengenai kebijakan iklim dan transisi energi, serta cenderung hanya memberikan respons reaktif terhadap masalah tertentu.

4. Isu kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) menjadi topik yang masuk dalam sebaran 5 topik teratas ketiga pasangan Capres-Cawapres di pemberitaan media massa. Sedangkan dalam dokumen Visi dan Misi, isu ekonomi hijau menjadi topik yang paling banyak dicantumkan oleh semua pasangan Capres-Cawapres.

5. Dalam pemberitaan media massa, ketiga pasangan Capres-Cawapres lebih banyak membicarakan isu iklim dan transisi energi dalam kategori basic. Sedangkan dalam dokumen Visi dan Misi, topik-topik dengan kategori moderate lebih banyak dicantumkan.

 

FOLLOW US