NAGEKEO – Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi kembali mendampingi kunjungan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan bertolak menuju ke Kabupaten Nagekeo. Presiden kembali memantau penyaluran bantuan pangan beras di Gudang Perum Bulog Danga di Nagekeo, Selasa (5/12/2023).
“Sudah terima semuanya (bantuan pangan beras) ya Bapak Ibu? Nanti datang lagi di bulan Januari Februari Maret (tahun 2024), terima lagi, setuju?,” sapa Presiden di hadapan 801 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang hadir.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menuturkan urgensi bantuan pangan beras karena dapat memberi tekanan terhadap harga di pasar. Ia juga mengatakan kombinasi antara bantuan pangan beras dengan program intervensi pasar merupakan strategi yang tepat guna.
“Bersama Bapak Presiden Joko Widodo, sejak kemarin kita cek penyaluran bantuan pangan beras di NTT. Kita juga diminta memastikan kesiapan stok pangan untuk masyarakat termasuk di daerah-daerah. Apalagi Desember ini akan ada Nataru (Natal dan Tahun Baru),” ucap Arief.
“Pemerintah daerah (Pemda) agar bersiap dengan terus memastikan stok pangan strategis selalu ada dan cukup di pasar-pasar, terutama pasar yang dikelola pemda. Selain bantuan pangan beras, program intervensi ke pasar jangan terhenti, terutama untuk menyambut Nataru. Sebagaimana perintah Bapak Presiden, agar kita secara bersama-sama menggiatkan operasi pasar seperti GPM (Gerakan Pangan Murah),” tandasnya.
Lebih lanjut pasca penyaluran bantuan pangan beras tahap kedua yang bergulir sejak September dan diiringi dengan pelaksanaan berbagai program intervensi ke pasar, kondisi harga beras medium di dalam negeri terpantau stabil. Menilik data dari Panel Harga Pangan NFA, pada 1 Oktober tercatat harga rata-rata beras medium di semua provinsi berada di Rp 13.220 per kg. Dari itu terdapat depresiasi 20 poin pada 4 Desember menjadi di harga Rp 13.200 per kg.
Kendati demikian, pergerakan harga beras medium di Provinsi NTT belum bisa dikatakan stabil. Tercatat pada 1 Oktober harga rata-rata tercatat di level Rp 13.530 per kg dan ini berada di atas harga rata-rata nasional. Selanjutnya pada 4 Desember harga rata-rata beras medium di NTT bergerak naik ke harga Rp 13.870 per kg.
“BPS (Badan Pusat Statistik) baru saja mengumumkan bahwa di November telah terlihat tren penurunan harga terkait beras secara bulanan, mulai dari gabah sampai di tingkat penggilingan. Selanjutnya kita harapkan akan ada efeknya menyentuh di tingkat pengecer juga, sehingga bisa berpengaruh pada harga yang harus dikeluarkan oleh masyarakat,” beber Arief.
Berdasarkan data BPS, pada November 2023 harga Gabah Kering Panen (GKP) turun sebesar 1,94 persen secara bulanan atau menjadi Rp 6.718 per kg. Untuk Gabah Kering Giling (GKG) ikut menurun 1,45 persen menjadi Rp 7.592 per kg. Penurunan harga beras juga mulai terlihat di tingkat penggilingan. Tercatat harga beras di tingkat penggilingan turun 0,50 persen menjadi Rp 13.062 per kg.
Pada tingkat global, mulai terjadi tren depresiasi harga beras yang ditunjukkan pada indeks harga beras dunia yang dirilis pada awal November oleh The Food and Agriculture Organization (FAO). Indeks harga beras dunia menurut FAO rata-rata mencapai 138,9 poin pada Oktober 2023. Ini menurun setara 2,0 persen dibandingkan bulan September 2023.
Pada kunjungan kerja Presiden Joko Widodo hari ini, turut hadir mendampingi antara lain Penjabat (Pj) Gubernur NTT Ayodhia Kalake, Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do, dan Pimpinan Wilayah Perum Bulog Kantor Wilayah NTT Himawan Kartika Nugraha.