• Ototekno

Meta Tutup 4.800 Akun atas Dugaan Operasi Pengaruh yang Berbasis di Tiongkok

Tri Umardini | Senin, 04/12/2023 05:01 WIB
Meta Tutup 4.800 Akun atas Dugaan Operasi Pengaruh yang Berbasis di Tiongkok Meta Tutup 4.800 Akun atas Dugaan Operasi Pengaruh yang Berbasis di Tiongkok. (FOTO: REUTERS)

JAKARTA - Meta telah menghapus hampir 4.800 akun palsu yang merupakan bagian dari kampanye pengaruh berbasis di Tiongkok yang bertujuan menyebarkan konten polarisasi tentang politik Amerika Serikat menjelang pemilihan presiden tahun 2024, raksasa teknologi tersebut mengumumkan.

Operasi pengaruh adalah salah satu dari dua kampanye berbasis di Tiongkok yang terdeteksi oleh Meta, pemilik Facebook dan Instagram, pada kuartal ketiga tahun 2023, kata perusahaan teknologi itu dalam laporan permusuhan ancaman terbaru yang dirilis pada Kamis (30/11/2023).

“Orang-orang di balik kegiatan ini memposting dalam bahasa Inggris tentang politik AS dan hubungan AS-Tiongkok. Akun yang sama akan mengkritik kedua sisi spektrum politik AS dengan menggunakan apa yang tampaknya merupakan konten partisan yang disalin dan ditempel dari orang-orang di X,” kata Meta.

Meta mengatakan jaringan akun tersebut berasal dari sumber liberal dan konservatif sambil membagikan ulang postingan asli oleh politisi dan outlet berita dengan identitas palsu.

“Tidak jelas apakah pendekatan ini dirancang untuk memperkuat ketegangan partisan, membangun khalayak di antara para pendukung politisi, atau untuk membuat akun palsu yang membagikan konten asli tampak lebih asli,” kata perusahaan teknologi tersebut.

Meta mengatakan pihaknya telah mengganggu total lima kampanye pengaruh yang berbasis di Tiongkok pada tahun ini, lebih banyak dibandingkan negara lain mana pun.

Meta tidak mengaitkan jaringan tersebut dengan pemerintah Tiongkok atau individu atau kelompok tertentu lainnya di Tiongkok.

Raksasa teknologi itu mengatakan pihaknya juga telah menutup jaringan yang berbasis di Rusia pada kuartal ketiga yang menyebarkan konten tentang invasi Rusia ke Ukraina dan menjalankan merek “media” fiktif.

Laporan Meta muncul di tengah kekhawatiran bahwa platform teknologi seperti Facebook dan X dapat digunakan untuk menyebarkan perpecahan dan perselisihan menjelang pemilihan presiden tahun 2024, di mana pemilih yang sangat terpolarisasi kemungkinan akan menghadapi pemilihan ulang tahun 2020 antara Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump.

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS pada bulan September memperingatkan bahwa negara-negara asing semakin banyak yang menggunakan teknologi baru seperti kecerdasan buatan untuk “merusak kepercayaan terhadap institusi pemerintah, kohesi sosial, dan proses demokrasi”.

Laporan Senat dan penasihat khusus AS menemukan bahwa Rusia menggunakan media sosial untuk menyebarkan perpecahan di AS sebagai bagian dari upayanya untuk ikut campur dalam pemilihan presiden tahun 2016. (*)

 

FOLLOW US