• News

Tiba dari Gaza, Sandera Thailand Mengaku Seperti Terlahir Kembali

Yati Maulana | Minggu, 03/12/2023 09:01 WIB
Tiba dari Gaza, Sandera Thailand Mengaku Seperti Terlahir Kembali Natthawaree Mulkan, memeluk keluarganya saat dia kembali ke rumah setelah disandera oleh kelompok Islam Palestina Hamas, di Khon Kaen, Thailand 30 November 2023 . Foto: Reuters

KHON KAEN - Setelah ia dibebaskan oleh Hamas dari penawanan di Gaza, pekerja pertanian Thailand Natthaporn Onkaew, 26, menggambarkan pengalamannya sebagai sekarat dan "dilahirkan kembali".

“Saya sangat merindukan rumah… ini adalah sesuatu yang tidak pernah Anda duga akan terjadi pada Anda,” katanya sambil mengenakan bendera bergambar Thailand dan Israel.

Di sebuah bandara di timur laut Thailand, para kerabat mengerumuni Natthaporn dengan pelukan, bunga, dan karangan bunga, menyambutnya pulang.

Kemudian, di luar rumah mereka, keluarga dan teman berkumpul untuk reuni, dengan beberapa orang mengikatkan benang suci di pergelangan tangannya dalam ritual mudik tradisional Thailand.

Natthaporn termasuk di antara 23 pekerja Thailand yang kembali ke rumah setelah dibebaskan oleh Hamas selama gencatan senjata pertama perang di Gaza. Sembilan orang masih ditahan.

Dia bilang dia diberi makanan dan air tetapi tidak sempat mandi.

“Kami hanya perlu menyikat gigi,” katanya.

Sebelum perang, sekitar 30.000 pekerja Thailand, sebagian besar berasal dari pedesaan timur laut negara tersebut, bekerja di sektor pertanian Israel, menjadikan mereka salah satu kelompok pekerja migran terbesar di negara tersebut.

Banyak dari mereka datang ke Israel untuk mencari bayaran yang lebih tinggi agar bisa mengirim uang pulang ke keluarga mereka, dimana beberapa dari mereka hanya menjadi pencari nafkah tunggal.

Sejauh ini, 9.000 warga Thailand telah dipulangkan.

Di dekat provinsi Khon Kaen, juga di timur laut Thailand, reuni lain sedang berlangsung.

Keluarga dan kerabat duduk di lantai sambil menikmati nasi ketan dan salad pepaya saat Boonthom Phankhong, 45, menceritakan pengalamannya.

"Kami terus saling menyemangati. Kami harus bertahan... yang bisa kami lakukan hanyalah duduk dan menunggu," katanya.

Ia ingat bahwa salah satu temannya bahkan bermimpi bahwa mereka akan dibebaskan.

"Dia rindu rumah. Dia mengatakan kepada saya... `kami akan pulang dalam tiga hari` - yang bisa kami lakukan hanyalah berharap dan berdoa."

Namun bagi sebagian orang, pengalaman tersebut tidak menghentikan mereka untuk kembali.

“Jika diberi kesempatan, saya akan kembali,” kata Natthawaree Mulkan, 35, mengacu pada harapannya setelah konflik selesai. “Banyak hal baik yang meninggalkan kesan membekas di hati kami,” ujarnya.

FOLLOW US