Bendera nasional Filipina dan China di Beijing, Tiongkok, 23 Januari 2017. Foto: Reuters
BEIJING - Filipina mengerahkan "pasukan asing" untuk berpatroli di Laut Cina Selatan dan menimbulkan masalah, kata militer Tiongkok pada Kamis, merujuk pada patroli bersama yang dilakukan pasukan Filipina dan AS pada minggu ini.
Militer Tiongkok akan menjaga kewaspadaan tinggi, dengan tegas mempertahankan kedaulatan dan hak serta kepentingan maritim, serta dengan tegas menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan, kata militer Tiongkok.
“Filipina mengerahkan pasukannya keluar dari wilayah tersebut untuk berpatroli… menimbulkan masalah dan terlibat dalam keributan, merusak perdamaian dan stabilitas regional,” kata komando teater selatan militer Tiongkok.
Para pejabat Filipina mengatakan militer mereka dan Amerika Serikat melancarkan patroli bersama pada hari Selasa di perairan dekat Taiwan, sebuah pulau yang diperintah secara demokratis dan diklaim oleh Tiongkok sebagai miliknya, sehingga meningkatkan kemungkinan ketegangan lebih lanjut dengan Tiongkok.
Hubungan antara Tiongkok dan Filipina memburuk terkait Laut Cina Selatan di bawah pemerintahan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr ketika ia beralih ke hubungan yang lebih erat dengan A.S., yang mendukung negara Asia Tenggara tersebut dalam sengketa maritimnya dengan Tiongkok.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan pada hari Rabu bahwa Tiongkok telah memperingatkan AS dan Filipina sehubungan dengan patroli mereka.
“Tiongkok telah memperjelas posisinya kepada Filipina dan AS bahwa patroli gabungan Filipina-AS tidak boleh merusak kedaulatan wilayah serta hak dan kepentingan maritim Tiongkok,” kata juru bicara Mao Ning.
Sebuah kapal angkatan laut Tiongkok membayangi tiga kapal perang A.S. dan Filipina yang melakukan patroli bersama pada hari Kamis, kata panglima angkatan bersenjata Filipina, Romeo Brawner, kepada wartawan.
Insiden itu terjadi sekitar pukul 10:15 dekat anjungan ladang gas alam 27 mil laut di lepas pantai provinsi Palawan, kata Brawner. "Tidak ada tantangan, tidak ada manuver berbahaya."
Filipina mencapai tujuannya untuk bekerja sama secara erat dengan sekutunya, Amerika Serikat, dan tidak ada insiden yang tidak diinginkan, tambah Brawner.
Kementerian Luar Negeri Filipina dan kantor penasihat keamanan nasional tidak segera menanggapi permintaan komentar.