• News

Turunkan Stunting di Poso, Kementan Dapat Apresiasi Dinas Kesehatan

Agus Mughni Muttaqin | Rabu, 15/11/2023 13:40 WIB
Turunkan Stunting di Poso, Kementan Dapat Apresiasi Dinas Kesehatan Turunkan Stunting di Poso, Kementan Dapat Apresiasi Dinas Kesehatan. (Foto: Kementan)

POSO – Dinas Kesehatan Kabupaten Poso memberikan apresiasi kepada Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan) atas perannya menurunkan angka prevalensi stunting di Kabupaten Poso.

Diketahui bahwa BPPSDMP melalui Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scalling-up Innitiative (READSI) berupaya menekan dan menurunkan angka stunting di enam kecamatan dan 20 desa di Kabupaten Poso.

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi menyampaikan bahwa tujuan utama Program READSI adalah meningkatkan penghidupan petani kurang mampu di daerah sasaran program, mendorong keterlibatan perempuan, dan perbaikan gizi keluarga.

"READSI turut mendukung program-program yang sedang dijalankan Kementan, utamanya untuk meningkatkan produktivitas pertanian juga peningkatan kualitas SDM pertanian," kata Dedi.

Kepala Dinas Kesehatan Poso, Taufan Karwur menjelaskan bahwa Kabupaten Poso saat ini sedang berupaya menurunkan angka prevalensi stunting. Upaya tersebut, lanjut dia, sudah menunjukkan tren yang baik dari tahun ke tahun.

"Hingga 2023 ini, angka prevalensi stunting di Kabupaten Poso sudah 24 persen berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dan 10,2 persen berdasarkan Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM)," ucap dia saat ditemui di kediamannya, Jumat (10/11).

Keberhasilan ini, lanjut Taufan, berkat kerja sama dengan READSI yaitu melalui sosialisasi stunting, gizi, dan juga pemanfaat lahan pekarangan untuk penyediaan sumber makanan bergizi untuk anak-anak. Kerja sama ini sudah berlangsung sejak 2021.

"Dinas pertanian menyampaikan program READSI dan di dalamnya ada keterlibatan kami selaku leading sektor dalam penanganan stunting. Kemudian turun bersama sama dengan dinas pertanian ke desa-desa prioritas penanganan stunting Kabupaten Poso," jelas dia.

Pada dasarnya, lanjut Taufan, Program READSI dengan Dinas Kesehatan Poso saling menguatkan dalam pengentasan stunting. Misalnya cooking class dan makan bersama anak-anak sekolah dasar usia 6-12 tahun.

Taufan mengatakan, pihaknya sebelumnya telah mengembangkan inovasi ini dengan sebutan “Sapa Sama” alias sarapan bersama. Akan tetapi, kegiatan ini hanya terbatas di Desa Gintu, Kecamatan Lore selatan, Kabupaten Poso.

"Mungkin ini mirip dengan program READSI sekarang. Kegiatan ini melengkapi program kami sebelumnya yang hanya terbatas di Desa Gintu, Kecamatan Lore selatan, Kabupaten Poso. Diharapkan dengan ada program READSI ini bisa lebih luas," kata dia.

Ditambahkan Kepala Puskesmas Tonusu, Masni Toralawe, Program READSI telah memberikan dampak dalam penurunan prevalensi stunting di wilayahnya. Dari sebelumnya 92 balita tercatat stunting menurun menjadi 42 balita di wilayah kerja Puskemas Tonusu.

"Kami sebagai penanggung jawab di wilayah Tonusu wilayah kerja enam desa kami sangat bersyukur dengan adanya program READSI yang bekerja sama dengan dinas kesehatan sangat berdampak bagi kami dalam penurunan stunting," ujarnya.

Menurut dia, Program READSI, yakni makan bersama dan cooking class merupakan terobosan yang cukup baik dalam meningkatkan pemahaman dan kreativitas orang tua murid dalam mengelola makanan. Sementara makan bersama ini diharapkan bisa meningkatkan gizi dan kebersamaan anak-anak.

"Kami bersyukur bisa membuat satu inovasi yaitu `Sapa Berteman` dan kami sudah membuat tim bagaimana kerja sama kami dengan sekolah dan semua tim itu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sekolah bagaimana mengontrol pelaksanaan program READSI ini di sekolah dalam inovasi sarapan pagi di sekolah," kata dia.

Sementara itu, wali murid cooking class, Fery Rompis mengatakan kegiatan cooking class ini sangat penting. “Bagi kami kegiatan ini sangat penting tentang segala sesuatu tentang anak, apalagi masalah pertumbuhan anak. Kami sangat mensyukuri kegiatan ini sangat penting," kata dia.

Dia mengakui ada perubahan prilaku dalam pola asuh, terutama dalam memberikan makanan kepada anaknya setelah mengikuti cooking class tersebut. Dia juga mendapatkan pengetahuan tambahan dalam mengelola makanan tradisional.

"Penyuluhan yang kami dapatkan dari penyuluh ini agak sedikit lain daripada yang lain. Kami kemarin itu orientasinya hanya di sawah dan berkebun. Kemudian masuk ke dampaknya untuk pertumbuhan manusia itu sendiri yang diprakarsai bidang gizi," imbuh dia.

Kelompok Tani KWT Tampudju Desa Lena, Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso, Arfian Tanggola mengatakan, Program READSI memberikan dampak positif, terutama dalam meningkatkan gizi dan ekonomi keluarga.

Kelompok Tani KWT Tampudju adalah salah satu penerima manfaat pekarangan rumah dari Program READSI.

"Dari hasil kegiatan kami menanam sayur, tomat, cabai, terong, dan sawit itu kami konsumsi sebagai hidangan keluarga. Dampaknya juga kepada masyarakat ketika mereka membeli dan menikmati hasil dari panenan itu," kata dia.

Kesadaran akan pentingnya asupan yang sehat dan bergizi untuk keluarganya membuat Arfian memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam aneka sayuran.

Sebelumnya, dia bersama anggota kelompoknya sudah menerima materi sekolah lapang terkiat cara mengelola lahan, memilih bibit yang bagus, pembuatan pupuk, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), perawatan hingga panen.

"Karena kami mengingat anak-anak yang butuh makanan sehat sehingga READSI memberikan bantuan berupa bibit sayur. kami merangkul 25 anggota itu dan kami melaksanakan sekolah lapang, belajar menanan sayur," ujar dia.

FOLLOW US