• News

Israel Dorong Ribuan Pekerja Lintas Batas yang Ditahan ke Daerah Perang Gaza

Tri Umardini | Sabtu, 04/11/2023 02:01 WIB
Israel Dorong Ribuan Pekerja Lintas Batas yang Ditahan ke Daerah Perang Gaza Pekerja Palestina tiba di perbatasan Kerem Shalom Gaza setelah dikirim kembali oleh Israel ke Jalur Gaza. (FOTO: REUTERS)

JAKARTA - Ribuan warga Palestina dari Gaza, yang sebelumnya bekerja di Israel dan Tepi Barat yang diduduki dan kemudian ditahan oleh Israel, didorong ke wilayah kantong yang dilanda perang tersebut, menurut laporan media.

Rekaman menunjukkan beberapa pekerja kembali pada hari Jumat (2/11/2023) melalui penyeberangan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) di Israel, sebelah timur perbatasan Rafah antara Jalur Gaza yang terkepung dan Mesir.

Hal ini terjadi setelah kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Kamis malam bahwa “pekerja dari Gaza yang berada di Israel pada hari pecahnya perang akan dikembalikan ke Gaza”.

Para pekerja yang menyeberang ke wilayah Palestina mengatakan mereka ditahan dan diperlakukan buruk oleh otoritas Israel setelah serangan Hamas, kelompok penguasa Gaza, di Israel selatan pada 7 Oktober 2023.

Beberapa masih memiliki stiker plastik bertuliskan nomor di sekitar kakinya.

“Kami biasa melayani mereka, bekerja untuk mereka, di rumah, di restoran, dan di pasar dengan imbalan harga terendah dan meskipun demikian, kami merasa terhina,” kata Jamal Ismail, seorang pekerja dari kamp pengungsi Maghazi di Gaza tengah.

Mereka yang berasal dari wilayah utara Gaza harus tinggal di wilayah selatan setelah pasukan Israel selesai memotong jalan yang menghubungkan dua bagian wilayah tersebut pada Kamis malam (2/11/2023), menurut pejabat Palestina.

Sekitar 18.500 penduduk Gaza memiliki izin untuk bekerja di luar wilayah yang terkepung sebelum perang pecah.

Jumlah pasti pekerja yang hadir di Israel ketika permusuhan dimulai masih belum diketahui, namun ribuan diperkirakan telah ditangkap oleh tentara Israel dan dipindahkan ke lokasi yang dirahasiakan.

Jessica Montell, direktur eksekutif organisasi hak asasi manusia HaMoked yang berbasis di Israel, mengatakan kepada Al Jazeera pada bulan Oktober bahwa lebih dari 400 keluarga dan teman-teman pekerja yang hilang dari Gaza telah menghubungi organisasi tersebut sejak awal perang.

Sekelompok enam organisasi lokal, termasuk HaMoked, mengajukan petisi kepada Pengadilan Tinggi Israel untuk mengungkapkan nama dan lokasi para tahanan dan untuk memastikan kondisi penahanan yang manusiawi.

Menurut para pembuat petisi, beberapa warga Palestina ditahan di daerah Almon serta di Ofer, dekat Ramallah, dan Sde Teyman, dekat Beer al-Sabe (Be`er Sheva), di selatan gurun Naqab atau Negev.

Alan Fisher dari Al Jazeera, melaporkan dari Yerusalem Timur, mengatakan bahwa tantangan hukum dari kelompok hak asasi manusia tampaknya telah meyakinkan Israel untuk mulai melepaskan para pekerja tersebut, dan sekitar 3.200 orang diyakini telah dibawa ke penyeberangan Kerem Shalom.

Organisasi hak asasi manusia yang sama kini mengatakan bahwa mengirim mereka ke Gaza bisa berakibat pada hukuman mati, katanya.

PBB juga merasa terganggu. “Mereka dipulangkan, kami tidak tahu persis ke mana,” dan apakah mereka “memiliki rumah untuk dituju”, dan “kami sangat prihatin mengenai hal itu”, kata juru bicara kantor hak asasi manusia PBB Elizabeth Throssell kepada konferensi pers. (*)

 

FOLLOW US