• News

Bukan Lagi Pemanasan, Kini Bumi Mengalami Pendidihan Global

Pamudji Slamet | Kamis, 02/11/2023 17:58 WIB
Bukan Lagi Pemanasan, Kini Bumi Mengalami Pendidihan Global Ilustrasi

JAKARTA - Kenaikan suhu terus menghantui bumi. Bukan lagi pemanasan, kini bumi telah mengalami pendidihan global.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengutip pernyataan PBB tersebut saat membuka World Hydropower Congress 2023, di Kabupaten Badung, Bali, Selasa, 31 Oktober 2023.

Jika kenaikan suhu bumi dibiarkan mencapai lebih dari 1,5 derajat Celsius, maka diprediksi akan membawa bencana bagi banyak orang di berbagai belahan dunia.

“Diprediksi akan mengakibatkan 210 juta orang mengalami kekurangan air, 14 persen populasi akan terpapar gelombang panas, dan 290 juta rumah akan terendam banjir pesisir, dan 600 juta orang akan mengalami malnutrisi akibat gagal panen, dan ini adalah ancaman yang nyata bagi kita semuanya,” ujar Presiden yang dikutip dari laman resmi Sekretaris Kabinet (Seskab), Kamis (2/11/2023).

Guna menjawab persoalan lingkungan tersebut, Indonesia berkomitmen mempercepat transisi energi melalui penambahan energi baru terbarukan (EBT) dalam skala besar. Komitmen ini merujuk kepada potensi energi hijau yang ada di Tanah Air.

Berdasarkan hitungan, potensi energi hijau Indonesia diperkirakan mencapai 3.600 gigawatt, baik yang bersumber dari matahari, angin, panas bumi, arus laut, ombak, bioenergi, dan hidro.

Terkait potensi hidro, menurut Presiden, Indonesia memiliki lebih dari 4.400 sungai yang potensial, dimana 128 di antaranya adalah sungai besar. Sebagai contoh adalah Sungai Mamberamo di Papua yang memiliki potensi 24 ribu megawat. Kemudian, Sungai Kayan di Kalimantan Utara,  memiliki potensi 13 ribu megawatt yang nantinya akan digunakan sebagai sumber listrik untuk Green Industrial Park di Kalimantan.

“Sekali lagi, ini adalah potensi besar yang bisa kita manfaatkan untuk masa depan bumi dan masa depan generasi penerus,” imbuhnya.

Namun, Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan, salah satunya terkait lokasi sumber hidro yang posisinya jauh dari pusat kebutuhan listrik. Untuk itu, pemerintah Indonesia telah membuat cetak biru (blueprint) percepatan jalur transmisi yang menyambungkan listrik dari lokasi tenaga hidro menuju pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat pertumbuhan industri sehingga nilai kemanfaatannya menjadi lebih tinggi.

Selain itu, Presiden menyebut, tantangan lainnya adalah pendanaan dan alih teknologi. Menurutnya, kedua hal tersebut membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan kolaborasi dengan seluruh kekuatan ekosistem hidro di dunia.

“Saya berharap World Hydropower Congress ini dapat menjadi forum kolaborasi yang menghasilkan rekomendasi kebijakan dan meningkatkan investasi untuk pemanfaatan energi air bagi ekonomi hijau yang berkelanjutan,” tandas Presiden.

 

FOLLOW US