• Oase

Perlakukan Orang Lain Sebagaimana Engkau Ingin Diperlakukan

Pamudji Slamet | Sabtu, 28/10/2023 07:23 WIB
Perlakukan Orang Lain Sebagaimana Engkau Ingin Diperlakukan Ilustrasi

JAKARTA - Agama Islam adalah agama penuh rahmat. Islam adalah agama yang diturunkan untuk menyempurnakan setiap seluk-beluk kehidupan manusia. Tak hanya mengatur tata cara manusia berinteraksi dengan Allah ﷻ yaitu dengan beribadah,  Islam juga mengatur tata cara manusia berinteraksi atau bermuamalah dengan manusia lainnya, dengan akhlak dan adab yang mulia.

Oleh karena itulah, Allah ﷻ mengutus Nabi Muhammad ﷺ dengan tugas menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah ﷺ bersabda:
إنما بعثت لأتمم صالح الأخلاق

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keshalihan akhlak” (HR. Ahmad)

Maka tak heran jika akhlak dan adab memiliki kedudukan yang penting dalam Islam. Tak tanggung-tanggung, bahkan kesempurnaan akhlak yang kita miliki akan berpengaruh kepada kesempurnaan iman yang kita miliki pula. Perhatikanlah sebuah hadits dari seorang sahabat bernama Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِ

“Tidak (sempurna) iman salah seorang dari kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya apa-apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maksud dari hadits di atas adalah bahwa seorang muslim yang beriman, masih belum sempurna iman yang ia miliki sebelum ia mencintai untuk orang lain, apa-apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri. Hal ini berarti, jika kita senang akan terjadinya suatu hal kepada kita, maka begitu pun seharusnya kita merasa senang jika kita melihat hal tersebut terjadi kepada orang lain. Begitu pula sebaliknya, jika kita tak suka terjadinya suatu hal terjadi kepada kita maka begitu pun seharusnya kita merasa sedih dan berempati jika kita melihat hal tersebut menimpa orang lain.

Sebagai contoh, misalkan rezeki berupa harta yang kita miliki dilapangkan oleh Allah ﷻ. Oleh sebab itu, kita dapat melakukan hal-hal yang kita senangi. Kita bisa membeli barang-barang yang kita inginkan, kita bisa berjalan-jalan bersama keluarga dan orang-orang terdekat, kita bisa membeli makanan dan minuman yang kita sukai, dan lain-lain. Tentunya kita akan senang dengan hal-hal tersebut kan? Nah, sekarang keimanan kita akan diuji ketika kita melihat orang lain mendapatkan kesenangan yang sama atau bahkan melebihi dari yang kita miliki. Apakah kita akan ikut senang karena bisa melihat orang lain senang? Apakah kita akan bahagia ketika melihat orang lain bahagia? Atau malah kita akan iri, dengki, dan -na’udzubillah- berharap kenikmatan tersebut diambil dari orang tersebut?

Hadits ini begitu pula merupakan dasar dan pedoman utama dari tata cara bermuamalah atau berinteraksi dengan orang lain. Sederhananya, hadits ini mengajarkan kita suatu kaidah: Perlakukan orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan. Artinya, sebagaimana kita ingin dan senang jika diperlakukan dengan baik maka perlakukanlah orang lain dengan baik pula. Sebaliknya, sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan dengan buruk maka janganlah perlakukan orang lain dengan buruk. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh seorang ulama bernama Abu Qilabah:
كما تدين تدان

“Sebagaimana engkau berperilaku, maka demikianlah balasan yang akan engkau rasakan.”

Seuntai nasihat emas suatu waktu disampaikan oleh seorang sahabat yang mulia bernama Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab Shahih Muslim, sang sahabat berkata: “Barangsiapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka hendaknya kematian datang kepadanya dalam keadaan dia beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaknya ia berperilaku kepada manusia sebagaimana yang ia ingin diperlakukan”

Setelah menyampaikan nasihat tersebut, sang sahabat membacakan suatu ayat Al-Qur’an yang berbunnyi:

وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَۙ الَّذِيْنَ اِذَا اكْتَالُوْا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَۖ  وَاِذَا كَالُوْهُمْ اَوْ وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَۗ

“Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifiin: 1-3)

Untuk mencapai kesempurnaan iman, ternyata tak cukup dengan beribadah saja. Melainkan selain hubungan yang baik dengan Sang Pencipta, kita pun harus menjaga hubungan yang baik dengan manusia. Maka mulailah praktikkan kaidah sederhana ini dalam hidup kita, perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Maka in syaa Allah, tak hanya kesempurnaan iman, melainkan kehidupan yang nyaman, tenang dan tentram pun tentu akan kita dapatkan. Wallahu a’lam.(Kontributor: Laksana Ibrahim - Alumni Pesantren Islam Al Irsyad Tengaran, Kabupaten Semarang)

 

FOLLOW US