• News

Daftar ke KPU, Pembuktian Pasangan AMIN di Tengah Isu Banyak Penjegalan

Yahya Sukamdani | Kamis, 19/10/2023 11:42 WIB
Daftar ke KPU, Pembuktian Pasangan AMIN di Tengah Isu Banyak Penjegalan Pasangan capres dan cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar saat mendaftar ke KPU, Kamis (19/10/2023). Foto: dok. katakini

JAKARTA – Pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) mendaftar sebagai capres dan cawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengikuti Pilpres 2024 mendatang, hari ini, Kamis, (19/10/2023).

AMIN/" style="text-decoration:none;color:#228239;font-weight: 700;">Pasangan AMIN yang diusung oleh Partai NasDem, PKS, dan PKB, menjadi pasangan capres dan cawapres pendaftar pertama ke KPU.

Pendaftar mereka hari ini, bukan saja yang pertama, tetapi juga sekaligus pembuktian bahwa perjuangan mereka tak kenal lelah dan menyerah di tengah gempuran penjegalan dan keraguan yang terus menerus menerpanya.

“Di tengah-tengah banyak yang meragukan, diduga dijegal, disudutkan, dan digembosin, ternyata meraka daftar ke KPU (sebagai peserta Pilpres 2024),” kata Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komaruddin.

Menurut Ujang, keberhasilan pasangan AMIN mendaftarkan diri ke KPU adalah buah dari perjalanan panjang dan melelahkan, terutama yang dialami oleh Anies Baswedan dan Partai NasDem sebagai pengusung pertama kami pada Oktober 2022 lalu.

“Itu (Pendaftaran AMIN) buah perjalanan panjang yang melelahkan. Dan tentunya NasDem yang paling lelah karena mengusung Anies dari awal,” kata Ujang.

Dilihat dari sisi demokrasi, Ujang pun melihat pendaftaran Pasanga AMIN ini menjadi hal yang positif bagi pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di Indonesia. Dengan keberhasilan pasangan ini menjadi peserta Pilpres, masyarakat Indonesia diberikan banyak pilihan untuk memilih calon pemimpinnya. Sebab telah dapat dipastikan peserta Pilpres pada Februari 2024 mendatang diikuti oleh tiga poros partai politik.

“Masa dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa ini hanya menyodorkan dua pasang calon pemimpin Indonesia. Itu tidak bagus buat demokrasi,” ujarnya.

“Malah seharusnya berikan kepada masyarakat lebih banyak lagi pilihan, bukan hanya tiga paslon itu,” imbuhnya.

FOLLOW US