• Sains

Moungi Bawendi, Louis Brus dan Alexei Ekimov Memenangkan Hadiah Nobel Kimia

Tri Umardini | Senin, 09/10/2023 04:01 WIB
Moungi Bawendi, Louis Brus dan Alexei Ekimov Memenangkan Hadiah Nobel Kimia Gambar ahli kimia Amerika Moungi Bawendi dan Louis Brus serta fisikawan Rusia Alexei Ekimov muncul di layar saat pengumuman pemenang Hadiah Nobel Kimia 2023 di Stockholm, Swedia. (FOTO: AFP)

JAKARTA - Ilmuwan Moungi Bawendi, Louis Brus, dan Alexei Ekimov telah memenangkan Hadiah Nobel Kimia tahun 2023 atas “penemuan dan sintesis titik-titik kuantum”, yang menerangi monitor komputer dan layar televisi dan digunakan oleh dokter untuk memetakan tumor.

“Para Pemenang Nobel… telah berhasil menghasilkan partikel yang sangat kecil sehingga sifat-sifatnya ditentukan oleh fenomena kuantum. Partikel-partikel tersebut, yang disebut titik-titik kuantum, kini sangat penting dalam nanoteknologi,” kata Komite Nobel Kimia dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu pekan lalu (4/10/2023).

“Para peneliti percaya bahwa di masa depan mereka dapat berkontribusi pada elektronik yang fleksibel, sensor kecil, sel surya yang lebih tipis, dan komunikasi kuantum terenkripsi.”

Bawendi, dari MIT; Brus, dari Universitas Columbia; dan Ekimov, dari Nanocrystals Technology Inc, mendapat penghargaan atas karya mereka dengan partikel yang diameternya hanya beberapa atom, menurut Royal Swedish Academy of Sciences, yang mengumumkan penghargaan tersebut di Stockholm.

Partikel nano dan titik kuantum digunakan dalam lampu LED dan juga dapat digunakan untuk memandu ahli bedah saat mengangkat jaringan kanker.

Elektron titik kuantum memiliki pergerakan yang terbatas, dan hal ini memengaruhi cara elektron menyerap dan melepaskan cahaya tampak, sehingga menghasilkan warna yang sangat cerah.

Titik-titik tersebut merupakan partikel nano yang bersinar biru, merah, atau hijau saat disinari atau terkena cahaya. Warna yang dipancarkannya bergantung pada ukuran partikelnya.

Titik yang lebih besar bersinar merah, dan titik yang lebih kecil bersinar biru. Perubahan warna ini disebabkan oleh bagaimana elektron bertindak secara berbeda dalam ruang yang kurang lebih terbatas.

Meskipun fisikawan telah meramalkan sifat perubahan warna ini sejak tahun 1930an, penciptaan titik-titik kuantum dengan ukuran terkontrol tertentu tidak mungkin dilakukan di laboratorium selama lima dekade berikutnya.

Dalam kejadian yang sangat tidak biasa, media Swedia melaporkan nama-nama pemenang sebelum hadiah diumumkan.

“Ada siaran pers yang dikirim untuk alasan yang masih belum diketahui. Kami sangat aktif pagi ini untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi,” Hans Ellegren, sekretaris jenderal akademi tersebut, mengatakan pada konferensi pers di mana penghargaan tersebut diumumkan. “Ini sangat disayangkan, kami menyesali apa yang terjadi.”

Ilmuwan Rusia Ekimov (78) dan ilmuwan Amerika Brus (80) adalah pionir awal teknologi ini, sementara Bawendi (62), warga Prancis-Tunisia, dipuji karena merevolusi produksi titik-titik kuantum “yang menghasilkan partikel yang hampir sempurna.

"Kualitas tinggi ini diperlukan agar dapat digunakan dalam aplikasi,” kata akademi tersebut.

Bawendi mengatakan pada konferensi pers bahwa dia “sangat terkejut, mengantuk, kaget, tidak terduga dan sangat tersanjung”.

“Masyarakat menyadari implikasinya pada pertengahan tahun 90an, bahwa ada potensi penerapan di dunia nyata,” kata Bawendi.

Ditanya soal bocorannya, dia mengaku tidak mengetahui hadiah tersebut hingga dipanggil pihak akademi.

Akademi tersebut, yang memberikan penghargaan pada bidang fisika , kimia, dan ekonomi, meminta nominasi setahun sebelumnya dari ribuan profesor universitas dan cendekiawan lain di seluruh dunia.

Sebuah komite untuk setiap hadiah kemudian mendiskusikan kandidat dalam serangkaian pertemuan sepanjang tahun.

Di akhir proses, panitia mengajukan satu atau lebih proposal ke seluruh akademi untuk dilakukan pemungutan suara.

Hadiah berusia lebih dari satu abad ini diberikan oleh Royal Swedish Academy of Sciences dan bernilai 11 juta Crown Swedia ($997,959). (*)

FOLLOW US