• News

Azerbaijan Gelar Operasi Militer, Lebih dari 100 Ribu Pengungsi Tiba di Armenia

Yati Maulana | Minggu, 01/10/2023 23:05 WIB
Azerbaijan Gelar Operasi Militer, Lebih dari 100 Ribu Pengungsi Tiba di Armenia Orang-orang berkumpul di dekat pusat bantuan bagi pengungsi dari wilayah Nagorno-Karabakh di desa perbatasan Kornidzor, Armenia, 29 September 2023. Foto: Reuters

JENEWA - Lebih dari 100.000 pengungsi telah tiba di Armenia sejak operasi militer Azerbaijan untuk merebut kembali kendali Nagorno-Karabakh, kata PBB. Sementara ribuan lainnya mengalami penundaan berjam-jam karena kemacetan besar di perbatasan.

“Banyak yang kelaparan, kelelahan dan membutuhkan bantuan segera,” kata Filippo Grandi, kepala badan pengungsi PBB UNHCR, melalui media sosial pada Jumat malam. “Bantuan internasional sangat dibutuhkan.”

Italia mengatakan Armenia telah meminta Uni Eropa menyediakan tempat penampungan sementara dan pasokan medis untuk membantu mereka menangani para pengungsi.

Siranush Sargsyan, seorang jurnalis lepas yang telah melaporkan pelarian etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh, mengatakan kepada Reuters bahwa ribuan orang, barang-barang mereka dijejali di dalam mobil, truk, dan traktor, terjebak di jalan raya pegunungan menuju ke Armenia.

Banyak yang memerlukan perhatian medis segera, kata Sargsyan. “Seperti yang Anda lihat, kami masih terjebak di jalan.”

“Eksodus ini sudah tidak tertahankan secara fisik karena kami telah menghabiskan 16 jam di jalan ini. Sepertinya dalam 24 jam ke depan kami masih belum bisa mencapai perbatasan.”

Menyusul serangan kilat Azerbaijan yang mengembalikan wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri ke dalam kendali Azerbaijan, banyak dari 120.000 warga Armenia di Karabakh memulai eksodus massal ke Armenia, dengan mengatakan bahwa mereka takut akan penganiayaan dan pembersihan etnis meskipun Azerbaijan menjanjikan keamanan.

Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi sebagian besar dihuni oleh umat Kristen Armenia yang mendirikan Republik Artsakh tiga dekade lalu setelah konflik etnis berdarah ketika Uni Soviet runtuh.

Seorang pengungsi bersumpah untuk kembali ke rumah pada akhirnya.

“Dunia tidak boleh percaya bahwa kami rela meninggalkan Artsakh selamanya,” katanya. “Kami berjuang sampai akhir, dengan darah kami, dengan nyawa kami untuk melindungi negara kami.”

Azerbaijan mengatakan salah satu prajuritnya tewas akibat tembakan penembak jitu pasukan Armenia di distrik perbatasan Kalbajar, namun dugaan insiden tersebut dibantah oleh Armenia.

FOLLOW US