• Sport

IOC Izinkan Peserta Olimpiade Paris Mengenakan Jilbab di Wisma Atlet

Tri Umardini | Minggu, 01/10/2023 03:01 WIB
IOC Izinkan Peserta Olimpiade Paris Mengenakan Jilbab di Wisma Atlet IOC Izinkan Peserta Olimpiade Paris Mengenakan Jilbab di Wisma Atlet (FOTO: AP)

JAKARTA - Komite Olimpiade Internasional telah memutuskan bahwa peserta Olimpiade Paris 2024 bebas mengenakan jilbab di perkampungan atlet, hanya beberapa hari setelah menteri olahraga Prancis melarang hal tersebut bagi atlet negara tuan rumah.

Meskipun IOC pada hari Jumat (29/9/2023) menghapus pembatasan jilbab di perkampungan atlet, para atlet Prancis masih tunduk pada aturan federasi olahraga mereka dan tidak diperbolehkan mengenakan jilbab selama pertandingan

Juru bicara badan Olimpiade mengatakan pihaknya telah melakukan kontak dengan Komite Olimpiade Prancis (CNOSF) untuk lebih memahami situasi para atlet Prancis.

“Untuk Perkampungan Olimpiade, peraturan IOC berlaku,” kata juru bicara IOC kepada kantor berita Reuters.

“Tidak ada batasan dalam mengenakan jilbab atau pakaian keagamaan atau budaya lainnya.”

Perkampungan Olimpiade menjadi rumah bagi sebagian besar dari 10.000 atlet yang menghadiri Olimpiade, di mana mereka berbagi ruang bersama seperti ruang makan dan fasilitas rekreasi.

Kompetisi olahraga di Olimpiade diselenggarakan dan diawasi oleh masing-masing federasi olahraga internasional.

Pada hari Minggu, Menteri Olahraga Perancis Amelie Oudea-Castera mengumumkan bahwa para atlet negaranya akan dilarang mengenakan jilbab selama Olimpiade Paris untuk menghormati prinsip-prinsip sekularisme.

Dia mengatakan kepada televisi France 3 bahwa pemerintah menentang tampilan simbol-simbol keagamaan selama acara olahraga untuk memastikan “netralitas mutlak dalam pelayanan publik”.

Sekularisme yang ketat

Prancis telah melindungi bentuk sekularismenya yang ketat dengan undang-undang yang menindak komunitas Muslim di negara tersebut.

Pada bulan Agustus, Prancis mengumumkan pelarangan abaya di sekolah-sekolah. Puluhan anak perempuan juga dipulangkan saat mereka memakainya ke sekolah.

Pada bulan Januari tahun lalu, senator Perancis memutuskan untuk melarang jilbab dalam kompetisi olahraga dan pada bulan Juli tahun ini, pengadilan tinggi Perancis menguatkan larangan jilbab selama kompetisi sepak bola.

Pesepakbola Prancis yang berhijab telah memperjuangkan inklusivitas di lapangan melalui kelompok yang disebut “Les Hijabeuses.”

Meskipun menjadi rumah bagi salah satu minoritas Muslim terbesar di Eropa, Prancis adalah satu -satunya negara di benua itu yang mengecualikan atlet berhijab di sebagian besar kompetisi olahraga domestik.

Asosiasi Muslim dan kelompok hak asasi manusia menuduh Prancis telah mengabaikan perlindungan demokrasi dan membuat umat Islam rentan terhadap penyalahgunaan undang-undang tersebut.

Kantor hak asasi manusia PBB juga mengkritik keputusan Prancis yang melarang atletnya mengenakan jilbab.

“Tidak seorang pun boleh memaksakan pada seorang perempuan apa yang boleh atau tidak boleh ia kenakan,” kata juru bicara kantor hak asasi manusia PBB Marta Hurtado kepada wartawan di Jenewa, Selasa.

Pada tahun 2016, Ibtihaj Muhammad membuat sejarah dengan menjadi anggota tim Amerika Serikat pertama yang berlaga di Olimpiade dengan mengenakan jilbab. (*)

 

FOLLOW US