• Kabar Pertanian

Kementan Klaim Program PSPP Dongkrak Petani Akses KUR

Agus Mughni Muttaqin | Rabu, 20/09/2023 11:25 WIB
Kementan Klaim Program PSPP Dongkrak Petani Akses KUR Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi pada acara soft launching PSPP Volume 8 di Cinagara, Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/8). (Foto: Kementan)

JAKARTA - Program Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh (PSPP) yang dijalankan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan dampak luar biasa bagi petani. Hal ini ditandai dengan meningkatnya serapan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Di beberapa kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menuturkan, KUR adalah solusi untuk masalah permodalan, yang selama ini menjadi kendala petani menjalankan usaha taninya.

"Salah satu kendala dalam usaha tani adalah modal. Namun, pemerintah telah memberikan kemudahan bagi petani untuk mendapat akses permodalan melalui fasilitas KUR," kata dia.

Sementara itu, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan, setiap PSPP persertanya selalu melebihi target. Pada PSPP Volume 8, yang mengangkat tema "Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Pertanian" pesertanya tembus 1.803.387, sebagai besar mengikuti secara online.

"Dari target 1 juta tembus ternyata tembus 1,5 juta, dari target 1,5 juta ternyata tembus 1,6 juta. Sejak tahun lalu, PPSP ini sudah tembus di angka 14 juta peserta," kata Dedi pada acara soft launching PSPP Volume 8 di Cinagara, Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/8).

Dedi mengatakan, capaian ini tidak lepas dari dukungan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S), Petani Milenial, Duta Petani Andalan, Duta Petani Meilanial, termasuk Alumni Jepang (Ikamaja).

Sementara itu, Dedi menuturkan bahwa PSPP ini memberikan dampak yang luar biasa. Hal ini terlihat dari jumlah petani yang telah mengikuti pelatihan mengakses KUR.

"Kalau kita mengambil satu contoh bagaimana hasil dari PSPP terhadap akses KUR. KUR itu adalah indikasi bahwa pembangunan pertanian berjalan dengan lancar," kata Dedi.

Dedi mencontohkan saat pandemi COVID-19 anggaran Kementerian Pertanian (Kementan) dipangkas secara signifikan, dari Rp 26 triliun menjadi Rp 13 triliun. Meski demikian, Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian tetap konsisten meningkat.

"Di saat sektor lain terpuruk, bahkan ada yang minus 20 persen, ternyata sektor pertanian bisa tumbuh positif 16 persen. Di triliun berikutnya masih tetap tumbuh sampai dengan COVID-19 selesai pertanian tetap mengalami pertumbuhan," kata Dedi.

Bahkan pada tahun 2020, ekspor pertanian naik lebih dari 15 persen, tahun 2021 naik lebih 38 persen, dan tahun 2022 masih naik 6 peraen. Artinya, meskipun Indonesia dibantai COVID-19, ternyata petani tetap semangat, sehingga PDB dan ekspor melejit.

Peningkatan ini, lanjut dia, ternyata dibarengi dengan peningkatan KUR. Diketahi bahwa pada tahun 2020 KUR terserap sebesar Rp 55 triliun dari target Rp 50 triliun, tahun 2021 terserap Rp 82 triliun dari target Rp 70 triliun, dan tahun 2022 KUR terserap sebesar Rp 120 triliun dari target Rp 100 triliun.

"Itu artinya sektor pertanian tetap menggeliat. Pertania tetap tumbuh meskipun kita dihadang COVID-19 dibantai climete change dan kita juga dibantai perang Rusia Ukraina, yang menyebabkan sarana produksi utamanya pupuk dan pestisida meljit harganya," kata Dedi.

Dedi mengatakan, dampak PPSP salah satunya mendongkrak petani untuk mendapatkan KUR baik yang akad maupun nilai akadnya. Dari 16 juta petani yang Kementan garap saat ini ada 4 juta yang sudah mengakses KUR, dengan total Rp 80 triliun.

"Kita tidak mungkiri bahwa ternyata yang menyelamatkan kita dari bantaian COVID-19, dari hantaman climate change, dan dari tsunami perang Rusia Ukraina tidak lain adalah KUR. KUR inilah yang menggerakkan agribisnis, sehingga sektor pertanian masih tetap tumbuh menggeliat," imbuh dia.

FOLLOW US