• News

AS Teruskan Deportasi Warga Haiti yang Diminta Mengungsi karena Perang Geng

Yati Maulana | Jum'at, 01/09/2023 22:02 WIB
AS Teruskan Deportasi Warga Haiti yang Diminta Mengungsi karena Perang Geng Orang-orang, yang tiba dengan mobil dari misi diplomatik AS, berjalan menuju pesawat Boeing 767 menuju AS, di Port-au-Prince, Haiti 31 Agustus 2023. Foto: Reuters

JAKARTA - Amerika Serikat akan terus mendeportasi migran Haiti kembali ke negara mereka, kata juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri pada Kamis, di tengah memburuknya perang geng yang mendorongnya sehari sebelumnya untuk mendeportasi migran Haiti. mendesak warganya sendiri untuk mengungsi.

“Pengusiran warga negara Haiti yang ditemui di perbatasan selatan kami dan pemulangan warga negara Haiti yang ditemui di laut terus berlanjut,” kata juru bicara tersebut, seraya mencatat bahwa pemerintahan Biden telah memperluas proses pembebasan bersyarat bagi para migran Haiti.

“Mereka yang dilarang berada di laut akan segera dipulangkan, dan mereka yang ditemui di Amerika Serikat tanpa dasar hukum untuk tetap tinggal akan dipulangkan,” kata mereka.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok hak asasi manusia telah meminta Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk menghentikan praktik ini.

Otoritas perbatasan AS menemui lebih dari 125.000 warga Haiti antara Oktober dan Juli lalu, menurut Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.

Pada Kamis pagi, sebuah penerbangan yang membawa 66 migran Haiti mendarat di Bandara Internasional Toussaint Louverture di ibu kota Port-au-Prince, menurut dokumen Keamanan Dalam Negeri yang dilihat oleh Reuters.

Pada pagi yang sama, sekelompok kecil, termasuk orang-orang yang tiba dengan mobil dari misi diplomatik AS, berkumpul di landasan pacu bandara yang sama untuk menaiki pesawat Boeing 767 yang dioperasikan oleh maskapai sewaan AS Omni Air International menuju ke AS.

“Situasi kemanusiaan telah memburuk secara signifikan di Haiti pada tahun 2023,” kata Kantor Terpadu PBB di Haiti (BINUH) dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, memperkirakan bahwa lebih dari 2.500 orang telah terbunuh dan 970 orang diculik sejak bulan Januari.

Jumlah ini mencakup sedikitnya 71 orang yang tewas dalam eskalasi yang terjadi baru-baru ini selama dua minggu terakhir bulan Agustus.

“Gelombang kekerasan terbaru telah mengakibatkan lebih dari sepuluh ribu orang terpaksa mengungsi, yang mengungsi di lebih dari dua puluh tempat penampungan sementara dan keluarga yang menampung mereka,” katanya.

FOLLOW US