• Oase

Masih Percaya Takhayul? Simak Tanggapan Islam Berikut Ini

Pamudji Slamet | Selasa, 25/07/2023 13:16 WIB
Masih Percaya Takhayul? Simak Tanggapan Islam Berikut Ini Ilustrasi

JAKARTA  - Pernah melihat kucing hitam, atau burung hantu yang hinggap di pekarangan rumah? Ada yang mengartikan bahwa kita akan mendapat nasib buruk.

Kepercayaan seperti itu dan begitu banyak kepercayaan lainnya yang semisal telah tersebar luas di berbagai budaya manusia, baik idi luar negeri ataupun di negara kita sendiri. Seringkali kita menyebutnya dengan istilah takhayul.

Contoh lain dari takhayul adalah kepercayaan angka-angka sial, atau kejadian pertanda kesialan, atau kepercayaan akan terjadinya kesialan jika tidak menyembelih hewan tertentu, dan lain-lain. Sebagian orang sampai saat ini masih memercayainya, sehingga jika mereka melihat hal-hal yang dianggapnya sial ia akan ketakutan dan menghindarinya.

Akan tetapi, tahukah anda bahwa Islam memiliki sebuah tanggapan atas kepercayaan-kepercayaan tersebut? Simak yang berikut ini!

Dahulu, terdapat sebuah kepercayaan di kalangan orang-orang Arab yang kerap mereka sebut dengan Thiyarah. Nama ini mereka ambil dari kalimat Zajarat Thair yang berarti menerbangkan burung. Dinamakan demikian karena dahulu jika mereka ingin melakukan sesuatu atau pergi ke suatu tempat, mereka akan menerbangkan seekor burung terlebih dahulu. Jika burung tersebut terbang ke kanan maka mereka akan melanjutkan perkerjaan mereka. Namun jika burung tersebut terbang ke kiri maka mereka akan membatalkan pekerjaan mereka karena dianggap akan membawa kesialan.

Kebiasan ini kerap dilihat oleh para sahabat Rasulullah ﷺ, salah satunya adalah Mu’awiyah Bin Al-Hakam radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata kepada Rasulullah ﷺ: “Diantara kami ada orang-orang yang melakukan thiyarah.” Mendengar hal ini, Rasulullah ﷺ pun menjawab:
ذلك شيء يجده أحدكم في نفسه، فلا يصدنكم
“Itu adalah sesuatu yang seseorang dari kalian rasakan dalam dirinya saja, maka janaganlah ia (thiyarah) menghalangi kalian (dari sebuah pekerjaan)” (H.R Muslim).

Begitulah tanggapan Rasulullah ﷺ terhadap kepercayaan ini. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa kepercayaan-kepercayaan seperti itu hanyalah perasaan yang dirasakan dalam diri kita saja dan tidak bisa memberikan pengaruh apapun terhadap sebuah pekerjaan yang akan kita lakukan. Oleh karena itulah Rasulullah ﷺ memerintahkan agar tidak menjadikan kepercayaan seperti itu sebuah penghalang untuk mengerjakan sebuah pekerjaan.

Kini definisi dari thiyarah tidak terbatas pada burung, melainkan semua hal yang dipercaya akan membawa kesialan atau keberuntungan. Dan jika diperhatikan lebih seksama, dapat kita temukan bahwa thiyarah dapat merusak kesempurnaan akidah karena dua alasan.

Alasan pertama adalah karena thiyarah dapat mengurangi ketawakkalan kita kepada Allah ﷻ. Ketika kita melakukan sebuah pekerjaan, selain berikhtiyar tentunya kita harus menyerahkan segalanya kepada Allah ﷻ baik jika hasil dari pekerjaan itu baik ataupun buruk. Dengan percaya dengan takhayul atau thiyarah seakan-akan kita tidak bertawakkal kepada Allah ﷻ dan sudah menganggap gagalnya suatu pekerjaan bahkan sebelum melakukannya.

Alasan kedua karena thiyarah adalah perbuatan yang sangat tidak masuk akal. Kepercayaan-kepercayaan itu tidak memiliki hubungan apapun dengan sialnya atau beruntungnya suatu pekerjaan. Bahkan, ia tidak memiliki pengaruh apapun, baik itu dalam hal keburukan ataupun kebaikan.

Oleh karena dua hal inilah, pada sbrush hadits yang lebih tegas Rasulullah ﷺ bersabda:
الطيرة شرك الطيرة شرك، الطيرة شرك،
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik.” (H.R Abu Daud).

Takhayul tidaklah cocok dengan akidah islam. Sebab.takhayul hanya akan membawa kegelisahan dan ketakutan di hati orang yang memercayainya. Ketakutan ini bahkan kerap kali menghalanginya dari sebuah pekerjaan yang bermanfaat. Kerap kali pula hal ini menyebabkan sifat pesimis. Sedangkan islam begitu menjunjung tinggi sifat optimis.

Perhatikanlah ketika Rasulullah ﷺ bersabda: “Thiayarah itu tidak ada. Dan Al-fa’l itu membuatku kagum.” Kemudian beberapa sahabat bertanya: “apa itu Al-Fa’l?” Rasulullah ﷺ menjawab: “Kata-kata yang baik” (H.R Bukhari).

Para Ulama menjelaskan bahwa kata-kata yang dimaksud adalah kata-kata yang dapat menyemangati seseorang dalam pekerjaannya. Kata-kata tersebut dapat berupa doa ataupun kalimat-kalimat penyemangat yang dapat membuat seseorang berprasangka baik atas pekerjaannya dan bersikap optimis dengan hasil yang akan ia dapatkan.

Maka dari itu, tak perlu lagi percaya dengan takhayul yang hanya akan mengganggu pekerjaan kita. Ayo kita tumbuhkan sifat tawakkal dan optimis dalam hati. Tetaplah berprasangka baik kepada Allah ﷻ, dan Insya Allah, Dia akan memberikan hasil yang terbaik untuk kita. (Kontributor:Laksana Ibrahim/Alumni Pesantren Al Irsyad - Tengaran

 

Keywords :

FOLLOW US