• Bisnis

Kesetimbangan Baru, NFA:Kenaikan Harga Daging Ayam Tak Bisa Dihindari

Eko Budhiarto | Jum'at, 21/07/2023 16:52 WIB
Kesetimbangan Baru, NFA:Kenaikan Harga Daging Ayam Tak Bisa Dihindari Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan fluktuasi harga telur ayam maupun daging ayam di pasaran sedang dalam proses menuju kesetimbangan baru.

Dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (21/7/2023) di Jakarta, Arief menegaskan, kenaikan harga telur dan daging ayam merupakan dinamika yang tidak bisa dihindari. Hal ini karena adanya kenaikan biaya pokok produksi yang membebani produsen.

"Jadi kenaikan harga yang ada di lapangan saat ini sedang membentuk kesetimbangan baru, di mana harga telur dan ayam boiler tidak terlepas dari struktur biaya yang membentuk harga di tingkat hilir. Kenaikan harga dipengaruhi misalnya dengan naiknya harga DOC yang sebelumnya Rp. 5.000 saat ini sampai Rp 8.000 per ekor. Harga jagung dulu Rp 3.150 per kg saat ini Rp 5.000 per kg. Bahkan sebelumnya sampai di atas Rp. 6.000 per kg. Oleh karena itu, tugas kita bersama menjaga kewajaran harga di tiga lini yaitu di tingkat produsen, pedagang, dan konsumen sesuai arahan Bapak Presiden." papar Arief.

Ditambahkannya, NFA telah mengeluarkan regulasi yang mengatur kenaikan harga acuan melalui Perbadan 5 tahun 2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengatasi disparitas harga produksi dan harga jual ayam di pasaran. 

"Bulan Januari 2023 lalu, saudara-saudara kita Peternak Ayam dan Ayam Petelur sudah banyak merugi dan tutup karena tidak sesuainya biaya produksi versus harga jualnya. Nah ini harus kita urai satu persatu. Jangan sampai harga murah di atas kertas tapi sedulur peternak bangkrut, malah tidak ada telur nanti di masyarakat. Tentu kita tidak ingin para produsen ini berhenti berproduksi, sebab ketika peternak berhenti berproduksi maka neraca akan defisit kita tidak dapat memenuhi kebutuhan protein dari unggas dari produksi dalam negeri. Ini yang kita hindari." terang Arief.

"Saat ini waktunya kita mensupport Peternak Ayam Broiler dan Peternak Ayam Petelur agar mendapatkan harga yang baik. Sambil kita kontrol harga di tingkat konsumen bersama sama." tambahnya.

Arief mengungkapkan dalam menjaga keseimbangan harga tersebut pihaknya melakukan sejumlah langkah strategis dan menyeluruh dari aspek hulu hingga hilir. Selain mengeluarkan regulasi terkait harga acuan, NFA juga mendorong stabilitas pasokan melalui Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) jagung pakan dari daerah surplus di wilayah Sumbawa dan Dompu Nusa Tenggara Barat ke daerah sentra peternak di Blitar dan Kendal. Dengan intervensi pemerintah yang menekan harga distribusi jagung pakan tersebut, dapat menekan harga telur dan daging ayam di tingkat hilir.

Pada saat yang sama, di tingkat hilir pemerintah melalui penugasan kepada BUMN pangan ID FOOD menggelontorkan bantuan pangan berupa telur ayam dan daging ayam kepada 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) tiga kali di 7 provinsi sesuai data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Adanya bantuan ini di satu sisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi khususnya pangan sumber protein dan mendukung penurunan stunting, di sisi lain produk peternak terserap oleh pasar dengan baik. 

"Kita terus mendorong percepatan penyerapan bantuan daging ayam dan telur ayam ini ke masyarakat sehingga mampu memenuhi kebutuhan asupan protein sekaligus menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi pangan." ujar Arief.

Hingga saat ini, realisasi bantuan telur ayam dan daging ayam untuk tahap pertama telah mencapai 98%, dan saat ini sedang dalam proses pendistribusian untuk tahap kedua dan ketiga.

Selain itu, NFA bersinergi dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, BUMN Pangan, BUMD, asosiasi dan pelaku usaha pangan terus melakukan intervensi pasar dalam bentuk Gerakan Pangan Murah (GPM) daging ayam. Pada periode Iduladha bulan Juni 2023, NFA berkolaborasi dengan pemerintah daerah, BUMN pangan, asosiasi, dan pelaku usaha pangan merespon cepat kenaikan harga daging ayam dengan menggelar GPM di 3.800 titik guna memastikan pemenuhan stok dan kebutuhan daging ayam dan telur ayam khususnya di wilayah konsumen seperti DKI Jakarta. 

"Mencermati dinamika harga daging ayam ras yang akhir-akhir cenderung meningkat, maka sejak 18 Juli 2023 hingga awal Agustus 2023 NFA bersama stakeholder terkait kembali menggelar GPM daging ayam di 1.995 titik di wilayah Jabodetabek. Tentunya untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga dan menekan inflasi di bulan Juli ini agar tetap berada dalam kondisi yang terkontrol di 3 plus minus 1 persen." ujarnya.

 

FOLLOW US