• Bisnis

Bukan Hanya Stok, Ketahanan Pangan Juga Bicara Gizi dan Nutrisi

Eko Budhiarto | Kamis, 22/06/2023 15:40 WIB
Bukan Hanya Stok,  Ketahanan Pangan Juga Bicara Gizi dan Nutrisi Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi

BOGOR - Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, ketahanan pangan bukan hanya bicara ketersediaan stok dan stabilitas harga.  Lebih dari itu,  ketahanan pangan juga bicara kecukupan gizi dan nutrisi masyarakat.

Arief menyampaikan hal itu saat membuka The 5 th International Symposium on Food and Nutrition, Expo, and Awards (ISFANEA 2023) dengan tema “Food and Nutrition Innovation For Sustainable Economy, Health, and Well-Being”, Kamis, (22/6/2023), di IPB International Convention Center (IICC), Bogor.

Menurutnya, pemerintah Indonesia menyadari betul urgensi pemerataan asupan gizi dan nutrisi bagi masyarakat.

“Untuk itu, NFA sebagai lembaga pemerintah yang bertugas di bidang pangan semakin konsen dalam memerangi kurang gizi dan stunting melalui pelaksanaan sejumlah program strategis serta prioritas, seperti penyaluran bantuan pangan untuk menurunkan stunting, kampanye penganekaragaman dan penyelamatan pangan, penetapan dan penilaian skor Pola Pangan Harapan (PPH), dan penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA),” ujarnya.

Untuk program bantuan pangan bagi penurunan stunting, Arief menyampaikan, NFA melalui Holding BUMN Pangan ID FOOD sampai dengan 21 Juni 2023 telah menyalurkan 1,3 juta paket bantuan telur dan daging ayam kepada Keluarga Rawan Stunting (KRS) di 7 provinsi. Bantuan ini dilaksanakan dalam 3 batch, batch pertama sudah terealisasi 94 persen. Total penerima bantuan tiap batch adalah 1,4 juta KRS. Pihaknya mengaku akan mengusulkan penambahan batch guna mendukung efektifitas gerakan penurunan stunting nasional.

Selain melalui bantuan langsung, upaya mendorong peningkatan gizi dan nutrisi juga dilakukan melalui kampanye dan edukasi kepada masyarakat. Menurut Arief, NFA melakukan aksi konkrit dengan mengusung gerakan penganekaragaman konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) yang tahun ini meluncurkan program terbarunya, yaitu Rumah B2SA di 70 titik di Indonesia. Rumah B2SA ini yang nantinya akan menjadi pusat edukasi masyarakat bahwa konsumsi pangan seimbang menentukan kesehatan dan masa depan.

"Kita kampanyekan misalnya kenyang tidak harus nasi, sehingga dalam satu piring itu harus balance antara karbohidrat, sumber protein, dan buah-buahan," tuturnya.

“Selain itu, untuk meningkatkan gizi dan nutrisi masyarakat, NFA bersama para pegiat anti food waste juga melakukan gerakan penyelamatan pangan dengan mengumpulkan dan mendistribusikan pangan berlebih kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan. Sejak Desember 2022, aksi ini sudah dijalankan di Jabodetabek dan berhasil menyelamatkan lebih dari 45 ton pangan. Gerakan ini akan ditingkatkan dan diperluas di 12 provinsi,” jelasnya.

Arief menegaskan, langkah-langkah ini akan terus dimonitor dan dievaluasi hasilnya. Salah satu instrument yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tingkat gizi dan nutrisi masyarakat yaitu melalui penilaian PPH yang dilakukan di tingkat daerah dan nasional oleh NFA.

Untuk skor PPH Indonesia tahun 2022 berada di angka 92,9 atau melampaui target 92,8. Pencapaian ini lebih tinggi dari tahun 2021 yang berada di angka 87,2. Sementara itu, target skor PPH nasional pada tahun 2023 adalah 94,0 dan target 2024 adalah 95,2.

“Hasil pengukuran melalui Skor PPH 2022 menunjukkan kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia semakin baik dan mengarah pada komposisi yang beragam, dan bergizi seimbang. Namun demikian masih ada over konsumsi padi-padian dan minyak lemak,” paparnya.

Selain itu, ia menambahkan, Indonesia juga saat ini sudah memiliki Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan atau Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) terupdate yang menunjukkan tingkat kerawanan pangan di seluruh provinsi hingga kabupaten/kota.

“Berdasarkan FSVA 2020-2022 jumlah kabupaten/kota yang sangat rentan pangan (prioritas 1) mengalami penurunan dari 29 menjadi 26 kabupaten/kota. Sedangkan jumlah kabupaten/kota yang rentan pangan (prioritas 2), menurun dari 17 menjadi 16. Prevalensi stunting Indonesia juga mengalami penurunan, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting tahun 2022 adalah sebesar 21,6 persen, atau mengalami penurunan sebesar 9,2 persen dalam 4 tahun. Ini progres yang baik, namun demikian upaya harus terus digencarkan agar angka stunting dan kabupaten/kota yang rentan rawan pangan semakin berkurang signifikan,” ujarnya.

Arief mengakui, NFA tentunya tidak bisa sendiri dalam menggarap program-program strategis penguatan gizi dan nutrisi ini. Kolaborasi antar Kementerian, Lembaga, dan stakeholder lainnya harus dilakukan semakin intens. Upaya pemerintah pusat harus seiring sejalan dan ditindaklanjuti di tingkat daerah secara menyeluruh dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah.

Lebih lanjut, Arief menambahkan, Peran perguruan tinggi dan asosiasi gizi melalui temuan serta inovasi program penguatan gizi dan nutrisi masyarakat juga memegang peranan penting sebagai akselerator.

NFA mendukung penuh dan terbuka untuk berkolaborasi bersama asosiasi gizi dan akademisi untuk menyukseskan program pengurangan daerah rentan rawan pangan dan gizi. Ini sejalan dengan arahan Bapak Presiden yang mendorong agar semua kekuatan bangsa bergerak mengatasi permasalahan pangan dan gizi,” tuturnya di hadapan para peserta symposium.

Keseriusan pemerintah mengatasi rawan pangan dan gizi ini, menurut Arief, tidak terlepas dari antisipasi dan mitigasi dalam menghadapi potensi krisis pangan global.

"Di tengah potensi krisi pangan global ini ketersediaan dan stabilitas pasokan pangan regional menjadi hal yang harus terus dikonsolidasikan bersama dengan negara-negara di kawasan ASEAN dan Asia khususnya. Di level nasional sendiri, pemerintah Indonesia tengah fokus mempersiapkan SDM Indonesia yang unggul dan berdaya saing guna menyongsong Indonesia emas pada tahun 2045. Dalam hal ini ketersediaan yang berkualitas konsumsi pangan menjadi kuncinya," ungkapnya.

Pada ISFANEA 2023 ini, atas keberhasilan dalam pengelolaan pangan nasional yang ditandai oleh meningkatnya skor PPH dan menurunnya jumlah kabupaten/kota rentan rawan pangan di Indonesia, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dianugerahi dua penghargaan, yaitu penghargaan Leadership Pangan dan Gizi 2023 dan Leader Inovatif Peduli Gizi 2023, oleh Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Indonesia, Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI), dan Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI).

 

FOLLOW US