JAKARTA - Pemerintah Kolombia pada Senin menangguhkan gencatan senjata nasional dengan kelompok bersenjata Estado Mayor Central (EMC) di beberapa provinsi, menyusul pembunuhan empat remaja Pribumi.
Langkah untuk mengaktifkan kembali serangan militer terhadap EMC di tenggara negara itu adalah gangguan terbaru dalam upaya Presiden Gustavo Petro berhaluan kiri untuk membuat kesepakatan perdamaian atau penyerahan diri dengan kelompok bersenjata untuk mengakhiri konflik enam dekade Kolombia, yang telah menewaskan sedikitnya 450.000 orang.
EMC didirikan oleh mantan anggota pembangkang dari pemberontak FARC yang sekarang sudah didemobilisasi, yang menolak kesepakatan damai 2016 yang ditandatangani oleh kelompok itu.
"Gencatan senjata bilateral saat ini dengan kelompok bersenjata ini di provinsi Meta, Caqueta, Guaviare, dan Putumayo ditangguhkan dan semua operasi ofensif diaktifkan kembali," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan. "Keputusan itu akan efektif dalam 72 jam ke depan."
Gencatan senjata dengan EMC telah efektif di provinsi lain, di mana gencatan senjata akan tetap berlaku, kata pemerintah, menambahkan bahwa pihaknya tetap bersedia mengadakan pembicaraan dengan kelompok tersebut.
Keempat anak di bawah umur itu direkrut secara paksa oleh kelompok itu dan kemudian ditembak mati ketika mereka berusaha melarikan diri, kata kelompok Pribumi.
Dalam pernyataannya sendiri pada Senin pagi, EMC mengatakan angkatan bersenjata telah melanggar kesepakatan bilateral dan keinginan pemerintah untuk perubahan terlihat "hanya dalam pidato dan janji."
EMC diperkirakan memiliki 3.500 anggota, termasuk hampir 2.200 pejuang, dan beroperasi di 23 dari 32 provinsi Kolombia, menurut dokumen pasukan keamanan.
Petro mengumumkan gencatan senjata dengan EMC, sesama pembangkang FARC Segunda Marquetalia dan geng kejahatan Pasukan Bela Diri Clan del Golfo dan Sierra Nevada pada Tahun Baru, tetapi menangguhkan penghentian permusuhan dengan Clan del Golfo pada bulan Maret.