• Oase

Keledai dan Berbagai Cemoohan Manusia

Rizki Ramadhani | Selasa, 23/05/2023 20:01 WIB
Keledai dan Berbagai Cemoohan Manusia Ilustrasi (Foto:muslimahdaily)

Jakarta - Dalam kehidupan nyata, manusia kerap dituntut untuk bersikap bijaksana. Hal ini diperlukan untuk memaksimalkan kebaikan dan mengurangi keburukan yang mungkin terjadi.

Dikisahkan dalam suatu kesempatan, Luqman mengajak puteranya berjalan di tengah keramaian masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk mengajarkan dan membuktikan kepada anaknya bahwa sangat sulit membuat semua orang dapat menerima dan setuju terhadap yang dilakukan. Bahkan bisa dikatakan hal yang mustahil dapat terjadi dalam kehidupan nyata. Apapun yang diperbuat oleh seseorang akan selalu ada yang tidak setuju, mempersalahkan, bahkan menolaknya.

Sesaat sebelum berangkat, Luqman berpesan agar puteranya senantiasa melakukan hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi agama dan dunia. Terus lakukan untuk mencapai puncak kebaikan. Jangan pedulikan perkataan dan cemoohan orang. Karena, tidak akan pernah ada jalan untuk membuat semua manusia merasa lega dan menerimanya. Hal ini disebabkan hati manusia tidak pernah menyatu.

Selanjutnya, perjalanan pun segera dimulai. Social experiment dimulai. Luqman menunggangi keledai dan puteranya berjalan sambil menuntun keledai tersebut.

Sekelompok orang yang menyaksikannya mulai berkomentar. Anak kecil itu menuntun keledai, sedang orang tuanya duduk nyaman di atas keledai. Cacian pun ditujukan kepada Luqman, hingga ada yang menghinanya sebagai orang tua yang congkak dan sombong.

Luqman tidak membalas perkataan mereka, beliau segera berganti posisi dengan puteranya. Luqman yang menuntun keledai, dan puteranya yang menunggangi keledai. Mereka pun melanjutkan perjalanan hingga bertemu kerumunan orang lagi.

Orang-orang pun segera membicarakannya saat menyaksikan seorang anak kecil menunggangi keledai, sementara orang tuanya malah dibiarkan berjalan kaki sambil menuntunnya. Cemoohan masyarakat ditujukan kepada sang anak. Bahkan menyebut betapa buruknya akhlak sang anak.

Luqman tidak membalas perkataan mereka. Namun kali ini, keduanya menaiki keledai tersebut dan melanjutkan perjalanan. Mereka terus berjalan hingga melewati sekelompok orang yang sedang duduk di pinggir jalan.

Lagi-lagi, mereka mengomentari Luqman dan puteranya. Mereka bahkan menyindir sebagai manusia yang tidak tahu kasihan kepada hewan karena menaik keledai berboncengan padahal mampu berjalan kaki dan tidak dalam keadaan sakit.

Tanpa menghiraukan caci maki tersebut, Luqman dan puteranya segera berjalan kaki bersama, sambil menuntun keledai. Mereka kembali melanjutkan perjalanan.

Tidak berapa lama kemudian, kerumunan manusia yang melihat hal ini pun berkomentar. Bahkan ada yang menilai tindakan bodoh karena keledai yang sehat dan kuat itu tidak dimanfaatkan, malah hanya dituntun bersama.

Sang lelaki bijak ini tetap tidak menjawab perkataan orang-orang. Beliau hanya mengingatkan anaknya dan membuktikan bahwa tidak akan pernah ada jalan untuk membuat semua manusia merasa lega dan menerima yang dilakukan.

Saat mengakhiri perjalanan tersebut, Luqmanul Hakim juga mewasiatkan untuk senantiasa melakukan hal baik dan bermanfaat. Memiliki pendirian yang teguh dan kokoh di atas kebenaran, serta jangan menghiraukan orang lain.

Kisah tersebut belum jelas keshahihannya, namun nasihatnya selaras dengan perkataan Imam Syafi’i rahimahullah, “Engkau tidak akan mampu menyenangkan semua orang. Karena itu cukup bagimu memperbaiki hubunganmu dengan Allah, dan jangan terlalu peduli dengan penilaian manusia.”

Semoga kita dapat mendulang berbagai mutiara hikmah dari kisah tersebut. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US