• News

Jelang Referendum, Dua Pemimpin Pribumi Australia Tolak Akui Aborigin

Yati Maulana | Kamis, 11/05/2023 17:05 WIB
Jelang Referendum, Dua Pemimpin Pribumi Australia Tolak Akui Aborigin Penggambaran Bendera Aborigin Australia terlihat di ambang jendela di rumah tetua adat Muruwari Rita Wright, di Sydney, Australia, 19 Januari 2021. Foto: Reuters

JAKARTA - Dua pemimpin Pribumi Australia yang menentang proposal untuk secara konstitusional mengakui orang Aborigin dan Pulau Torres bergabung pada Kamis dalam upaya untuk memperkuat kampanye mereka menjelang referendum akhir tahun ini.

Sebuah kelompok yang dipimpin oleh Warren Mundine, mantan presiden nasional Partai Buruh yang Pribumi, dan kelompok yang didukung oleh Menteri Pribumi bayangan Jacinta Nampijinpa Price, akan mengumpulkan sumber daya mereka untuk kampanye "Tidak" bersama yang disebut "Orang Australia untuk Persatuan".

"Masuk akal untuk menggabungkan karena membuat pesan kami lebih tajam dan lebih segar," kata Mundine kepada Reuters dalam wawancara telepon.

"Ini juga memberi kami peluang besar untuk mengumpulkan lebih banyak dana dan memfokuskan dana kami ke arah yang benar," tambahnya.

Warga Australia akan diminta untuk memberikan suara, kemungkinan antara Oktober dan Desember, jika mereka ingin mengubah konstitusi untuk memasukkan "Suara untuk Parlemen", sebuah komite yang dapat memberi nasihat kepada anggota parlemen tentang hal-hal yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Pribumi.

Membuat sekitar 3,2% dari 26 juta populasi Australia, orang Aborigin dipinggirkan oleh penguasa kolonial Inggris dan tidak disebutkan dalam konstitusi berusia 122 tahun.

Sementara mayoritas masyarakat Pribumi mendukung Suara, yang lain, seperti Mundine dan Price, berpendapat bahwa itu adalah gangguan dari pencapaian hasil yang praktis dan positif, dan bahwa itu tidak akan sepenuhnya menyelesaikan masalah yang memengaruhi mereka.

Mundine mengatakan pembentukan badan adat di parlemen hanya akan menambah lapisan birokrasi.

"Itu tidak akan menyelesaikan beberapa masalah yang mempengaruhi masyarakat. Kita perlu menangani masalah yang mendasarinya," katanya.

Jajak pendapat YouGov bulan lalu menunjukkan 83% penduduk asli Australia akan memilih perubahan konstitusi. Jajak pendapat yang lebih luas oleh surat kabar Guardian menemukan bahwa 60% orang Australia akan mendukungnya.

Setiap amandemen konstitusi membutuhkan referendum nasional.

Agar berhasil, referendum memerlukan mayoritas suara secara nasional, serta mayoritas suara di setidaknya empat dari enam negara bagian.

Perdana Menteri Anthony Albanese telah mempertaruhkan sebagian besar modal politiknya pada referendum di negara yang hanya melewati delapan dari 44 negara sejak merdeka.

Yang terbaru adalah pada tahun 1977.

Koalisi oposisi Liberal-Nasional yang konservatif akan menentang pemungutan suara nasional.

FOLLOW US