• Oase

Tabir Misteri Dibangunnya Dinding Penghalang dengan Ya`juj dan Ma`juj

Rizki Ramadhani | Kamis, 20/04/2023 07:02 WIB
Tabir Misteri Dibangunnya Dinding Penghalang  dengan Ya`juj dan Ma`juj Ilustrasi (foto:kontenislam)

Jakarta - Banyak kisah yang bisa kita dapati dari orang-orang yang melakukan perjalanan ke berbagai tempat di muka bumi. Adapun kisah ini terjadi kepada Raja penguasa dunia pada masanya.

Raja Dzulqarnain diperkirakan hidup di masa nabi Ibrahim `alaihissalam. Sebagian ulama dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah dan Fathul Baari, menyebutkan bahwa Dzulqarnain disinyalir masuk Islam melalui dakwah nabi Ibrahim Khalilullah `alaihissalam.

Selanjutnya raja Dzulqarnain melakukan dakwah dalam setiap perjalanan di berbagai wilayah kekuasaannya. Hingga beliau bertemu dengan suatu kaum yang hampir tidak dapat memahami pembicaraan di balik gunung yang tinggi. Kaum tersebut mengeluhkan kondisi di sekitar tempat tersebut kepada Dzulqarnain. Mereka juga meminta bantuan sang raja untuk mengatasi masalah itu.

Al-Qur’an mengabadikan kisah ini dalam surah (ke-18) Al-Kahfi ayat 94,“Mereka berkata, `Wahai Dzulqarnain! Sungguh, Ya`juj dan Ma`juj itu (sekelompok manusia yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?’”

Ya`juj dan Ma`juj adalah manusia keturunan nabi Adam `alaihissalam. Kedua kabilah ini merupakan kaum yang bengis dan senantiasa melakukan kerusakan terhadap kaum yang sedang ditemui oleh Dzulqarnain.

Bahkan sebagaimana yang terdapat dalam berbagai dalil sahih bahwa dua kabilah yang memiliki tubuh yang kuat ini akan melakukan berbagai kerusakan yang lebih parah di kemudian hari. Tanda besar tersebut termasuk yang menunjukkan dekatnya waktu peniupan sangkakala, tanda datangnya hari kiamat dan hancurnya dunia.

Tidak ada manusia yang mengetahui secara pasti siapa dan di mana lokasi Ya`juj dan Ma`juj ini sekarang. Wallahu a`lam bishshawwab.

Kembali kepada kisah, maka kaum yang berada di balik gunung tinggi tersebut meminta bantuan kepada raja Dzulqarnain. Mereka ingin dibangunkan dinding pemisah antara mereka dan kabilah Ya`juj dan Ma`juj. Kaum ini pun menawarkan upah sebagai persembahan kepada Dzulqarnain jika berkehendak membantunya.

Namun sang raja menolak imbalan yang ditawarkan tersebut. Bukan hanya itu, beliau juga tidak marah dengan ketidaksopanan mereka. Beliau memahami kesulitan rakyatnya itu. Begitu tulus sikap sang raja, tidak tamak dan mencukupkan dengan karunia yang sudah diberikan Allah ﷻ kepadanya.

Al-Qur’an mengabadikan perkataan sang raja yang mulia ini dalam surah (ke-18) Al-Kahfi ayat 95,“Dia (Dzulqarnain) berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka.”

Raja Dzulqarnain tidak tergiur dengan harta dan tawaran tersebut. Seorang penguasa yang tidak mau membebani rakyatnya. Beliau lakukan untuk beramal salih. Keluhuran pribadi sang raja ini semakin sempurna dengan kebijaksanaan beliau. Bijaksana menilai kebutuhan masyarakatnya ini merupakan hal yang penting. Raja beriman ini tidak menunda-nunda untuk melaksanakannya.

Bahkan raja Dzulqarnain termasuk pemimpin yang cerdas. Beliau tidak memanjakan masyarakatnya saat ada masalah, meskipun sebenarnya beliau mampu untuk menghadapi masalah di daerah kekuasaannya tersebut.

Sebagai pemimpin, Dzulkarnain mengatur seluruh sumber daya yang diperlukan. Kebutuhan bahan material maupun manusia serta perlengkapan dan peralatan diatur dan diperhitungkan dengan cermat.

Al-Qur’an mengabadikan perkataan sang raja yang mulia ini dalam surah (ke-18) Al-Kahfi ayat 96,

"Berilah aku potongan-potongan besi!" Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Dzulkarnain) berkata, "Tiuplah (api itu)!" Hingga bila (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).”

Raja Dzulkarnain menghitung komposisi yang tepat antara besi dengan tembaga atau tambahan bahan lainnya. Bagaimana memastikan reaksi yang terjadi hingga menjadi suatu logam yang sangat kuat dan tidak mampu ditembus oleh Ya`juj dan Ma`juj hingga masa yang telah ditetapkan Allah ﷻ menjelang kiamat.

Terbayang kerumitan, keletihan dan berbagai resiko bahaya melakukan rangkaian proses ini semua hingga akhir. Namun beliau begitu tulus turut serta mengerjakannya. Sosok pemimpin ideal sepanjang masa.

Semoga kaum muslim mendapat perlindungan dari Allah ﷻ.  (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US