• News

Serukan Kurangi Ketergantungan pada AS, Pejabat Taiwan Menilai Macron Membingungkan

Yati Maulana | Kamis, 13/04/2023 11:15 WIB
Serukan Kurangi Ketergantungan pada AS, Pejabat Taiwan Menilai Macron Membingungkan Presiden Prancis Emmanuel Macron berfoto bersama Presiden Tiongkok Xi Jinping di Aula Besar Rakyat di Beijing, Tiongkok, Kamis, 6 April 2023. Foto: Reuters

JAKARTA - Komentar Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang Taiwan membingungkan, kata seorang politisi senior Taiwan. Dia pun bertanya-tanya apakah cita-cita pendirian Prancis tentang kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan sekarang sudah ketinggalan zaman.

Macron, dalam komentarnya pada sebuah wawancara tentang perjalanan ke China yang dimaksudkan untuk menunjukkan persatuan Eropa tentang kebijakan China, memperingatkan agar tidak terseret ke dalam krisis atas Taiwan yang didorong oleh "ritme Amerika dan reaksi berlebihan China".

Dia juga menyerukan Uni Eropa untuk mengurangi ketergantungannya pada Amerika Serikat dan menjadi "kutub ketiga" dalam urusan dunia bersama Washington dan Beijing.

Ketua parlemen Taiwan You Si-kun, menulis di Facebook Selasa malam di atas screengrab laporan tentang komentar Macron di Taiwan, mempertanyakan komitmen Prancis terhadap kebebasan.

"Apakah `liberté, égalité, fraternité` sudah ketinggalan zaman?," tulisnya, mengacu pada moto resmi Prancis "kebebasan, kesetaraan, persaudaraan".

"Apakah tidak apa-apa untuk mengabaikan hal ini setelah menjadi bagian dari konstitusi? Atau dapatkah negara demokrasi maju mengabaikan nyawa dan kematian orang di negara lain?" tambah You, salah satu pendiri Partai Progresif Demokratik yang berkuasa di Taiwan. "Tindakan Presiden Macron, seorang pemimpin demokrasi internasional, membuat saya bingung."

China telah melakukan latihan militer di sekitar Taiwan sejak Sabtu setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen kembali dari perjalanan ke Amerika Serikat, di mana dia bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy.

Prancis, seperti kebanyakan negara, tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan yang diklaim China tetapi mempertahankan kedutaan de facto di Taipei dan telah bergabung dengan sekutu AS lainnya dalam menggarisbawahi perlunya perdamaian di Selat Taiwan.

Kementerian luar negeri Taiwan pada hari Selasa berusaha meremehkan pernyataan Macron, meskipun mengatakan mereka telah "mencatat" apa yang dikatakannya.

"Kementerian Luar Negeri mengucapkan terima kasih kepada Prancis karena mengungkapkan keprihatinan tentang perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan berkali-kali dan di banyak tempat internasional yang berbeda," termasuk, misalnya pada pertemuan puncak para pemimpin Prancis-Inggris baru-baru ini, kata juru bicara Jeff Liu kepada wartawan. "Ini merupakan kelanjutan dari sikap dan posisi Prancis yang konsisten."

FOLLOW US