• News

Laporan PBB Menyebut Militer Myanmar Menyebabkan Krisis HAM Abadi

Yati Maulana | Sabtu, 04/03/2023 15:03 WIB
Laporan PBB Menyebut Militer Myanmar Menyebabkan Krisis HAM Abadi Volker Turk, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, menghadiri Dewan Hak Asasi Manusia di PBB di Jenewa, Swiss 27 Februari 2023. Foto: Reuters

JAKARTA - Sebuah laporan yang diterbitkan oleh PBB pada hari Jumat menuduh militer Myanmar menciptakan "krisis hak asasi manusia yang abadi" di negara Asia Tenggara dan menyerukan mengakhiri kekerasan di sana.

Sejak junta merebut kekuasaan dua tahun lalu, Myanmar telah jatuh ke dalam kekacauan, dengan gerakan perlawanan melawan militer di berbagai bidang setelah penumpasan berdarah terhadap lawan yang melihat negara-negara Barat memberlakukan sanksi.

Laporan itu, yang dokumen -dokumen itu menuduh pelanggaran hak asasi manusia antara 1 Februari 2022, dan 31 Januari 2023, menemukan bahwa kekerasan telah meningkat di barat laut dan tenggara Myanmar karena pemogokan udara dan penembakan udara yang tidak pandang bulu militer, pembakaran massal desa -desa untuk ke arah desa -desa. menggusur populasi sipil, dan penolakan akses kemanusiaan. "

Taktik yang digunakan oleh militer, kata laporan itu, dirancang untuk memotong kelompok bersenjata non-negara dari akses ke makanan, keuangan, intelijen dan rekrutmen.

"Militer, yang berani dengan impunitas yang berkelanjutan dan absolut, secara konsisten menunjukkan pengabaian terhadap kewajiban dan prinsip -prinsip internasional," kata Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia AS, Volker Turk, dalam sebuah pernyataan.

"Tindakan konkret yang mendesak diperlukan untuk mengakhiri bencana yang bernanah ini."

Otoritas Myanmar tidak segera menanggapi panggilan Reuters dan email yang meminta komentar.

Junta sebelumnya mengatakan memiliki kewajiban untuk memastikan perdamaian dan keamanan dan membantah kekejaman telah terjadi, dengan mengatakan itu melakukan kampanye yang sah terhadap teroris.

James Rodehaver, kepala tim Myanmar Kantor Hak Asasi Manusia AS, mengatakan bahwa bentrokan bersenjata terjadi di sekitar 77% negara itu. "Tidak pernah ada waktu dan situasi di mana krisis di Myanmar telah mencapai sejauh ini, seluas ini di seluruh negeri," katanya kepada briefing di Jenewa.

Dalam rekomendasinya, laporan itu meminta pihak berwenang di Myanmar untuk mengakhiri kekerasan dan berhenti menganiaya lawan. "Operasi militer harus berhenti untuk memberikan ruang untuk dialog yang dapat mengakhiri krisis ini," kata laporan itu.

FOLLOW US