• News

Presiden Peru Tarik Diplomatnya, Meksiko Tidak Membalas

Yati Maulana | Senin, 27/02/2023 14:02 WIB
Presiden Peru Tarik Diplomatnya, Meksiko Tidak Membalas Presiden Peru Dina Boluarte dalam memperingati Hari Tentara Peru di Lima, Peru 9 Desember 2022. Foto: Reuters

JAKARTA - Presiden Peru Dina Boluarte mengumumkan kembalinya duta besar negara itu di Meksiko sebagai tanggapan atas komentar dari mitranya dari Meksiko yang mencap pemerintahnya sebagai inkonstitusional.

Boluarte mengatakan pernyataan yang dibuat sebelumnya pada hari Jumat oleh Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador tentang pemerintahannya bertentangan dengan hak internasional untuk tidak campur tangan.

Boluarte naik ke kursi kepresidenan negara Amerika Selatan itu pada 7 Desember setelah mantan Presiden Pedro Castillo dimakzulkan menyusul upaya untuk membubarkan Kongres. Boluarte menuduh Lopez Obrador mendukung upaya Castillo pada "kudeta".

"Dengan pernyataannya, Tuan Lopez melanggar prinsip hukum internasional tentang tidak mencampuri urusan dalam negeri, serta yang mengacu pada pembelaan dan promosi demokrasi," katanya dalam pidato televisi.

Lopez Obrador mengatakan pada konferensi pers pada hari Jumat bahwa Meksiko akan terus mendukung Castillo, karena dia "digulingkan secara ilegal". Pernyataan Boluarte muncul setelah pertemuan antara Lopez Obrador dan istri Castillo, Lilia Paredes, di Meksiko awal pekan ini.

Menanggapi penarikan diplomat itu, kementerian luar negeri Meksiko mengatakan pada hari Sabtu bahwa negara itu akan mempertahankan perwakilan diplomatik dan konsulernya di Peru dan berjanji untuk tetap membuka saluran komunikasi, sambil menyesali keputusan Peru untuk mengeluarkan duta besarnya dari Meksiko.

Castillo ditahan selama 18 bulan dalam penahanan pra-sidang setelah berusaha menutup Kongres dengan keputusan untuk menghindari sidang pemakzulan. Pencopotan Castillo telah memicu gelombang protes sosial yang menuntut pengunduran diri Boluarte, pembubaran Kongres, perubahan konstitusi dan pembebasan Castillo.

Setidaknya 60 orang tewas dalam insiden yang berkaitan dengan protes, dengan banyak korban berasal dari daerah selatan negara itu.

Kelompok hak asasi manusia menuduh pihak berwenang menggunakan senjata api pada pengunjuk rasa dan menjatuhkan bom asap dari helikopter. Tentara menuduh pengunjuk rasa menggunakan senjata dan bahan peledak rakitan.

Kantor kejaksaan tinggi Peru bulan lalu mengatakan telah meluncurkan penyelidikan ke Boluarte dan anggota kabinetnya atas kematian protes dan penanganan kekerasan sejak awal Desember.

FOLLOW US