• News

Ledakan di Masjid Peshawar Pakistan Tewaskan 32 Orang dan 150 Orang Terluka

Tri Umardini | Selasa, 31/01/2023 01:05 WIB
Ledakan di Masjid Peshawar Pakistan Tewaskan 32 Orang dan 150 Orang Terluka Ledakan di Masjid Peshawar Pakistan Tewaskan 32 Orang dan 150 Orang Terluka. (FOTO: MAAZ ALI/AFP)

JAKARTA - Sedikitnya 32 orang tewas dan sekitar 150 lainnya luka-luka dalam ledakan yang menargetkan polisi di sebuah masjid di kota Peshawar, Pakistan barat laut.

Dikutip dari Al Jazeera, Muhammed Asim, juru bicara Rumah Sakit Lady Reading di Peshawar, mengatakan setidaknya 32 orang tewas pada hari Senin dan lebih dari 70 orang terluka dibawa untuk dirawat.

Seorang pejabat polisi Peshawar mengatakan, total sekitar 150 orang terluka.

Masjid itu berada di dalam kompleks berbenteng tinggi yang mencakup markas besar kepolisian provinsi dan departemen kontraterorisme.

Pihak berwenang mengatakan sebagian bangunan runtuh dan banyak orang dikhawatirkan terjebak di bawah reruntuhan.

Kepala polisi Peshawar, Muhammad Ijaz Khan, mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan televisi bahwa kapasitas aula utama masjid hampir mencapai 300 orang dan "hampir penuh" pada saat ledakan terjadi.

"Saat ini kami tidak dapat mengonfirmasi bahwa ada penyerang bunuh diri, tetapi kami perlu melakukan penyelidikan lebih lanjut," katanya.

“Namun, ada kemungkinan ada pelaku bom bunuh diri.”

Tidak ada yang segera mengaku bertanggung jawab atas pemboman tersebut.

Masjid tersebut berada di dalam Garis Polisi Peshawar, yang merupakan bagian dari zona merah kota tempat sejumlah instalasi penting pemerintah berada, termasuk Gedung Menteri Utama, Gedung Gubernur, dan gedung majelis provinsi Khyber Pakhtunkhwa.

Kamal Hyder dari Al Jazeera, melaporkan dari Islamabad, mengatakan rincian yang muncul menunjukkan bahwa serangan itu dilakukan oleh seorang pembom bunuh diri.

“Pelaku (pembom dilaporkan) duduk di barisan depan salat berjamaah di dalam masjid,” tambahnya.

Shahid Ali, seorang polisi yang selamat dari serangan itu, mengatakan ledakan itu terjadi beberapa detik setelah salat dimulai.

“Saya melihat asap hitam membubung ke langit. Saya berlari keluar untuk menyelamatkan hidup saya,” kata pria berusia 47 tahun itu kepada kantor berita AFP.

“Jeritan orang-orang masih bergema di benak saya,” tambahnya. "Orang-orang berteriak minta tolong."

Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengutuk pemboman itu dalam sebuah pernyataan dan memerintahkan pihak berwenang untuk memastikan perawatan medis terbaik bagi para korban.

Dia menjanjikan "tindakan tegas" terhadap mereka yang berada di balik serangan itu.

Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan turun ke Twitter untuk mengutuk serangan itu.

“Kecam keras serangan bunuh diri teroris di garis polisi masjid Peshawar saat salat,” cuitnya.

“Sangat penting kita meningkatkan pengumpulan intelijen kita dan melengkapi pasukan polisi kita dengan benar untuk memerangi ancaman terorisme yang semakin meningkat.”

Peshawar, ibu kota provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang berbatasan dengan Afghanistan, sering mengalami serangan.

Maret lalu, seorang pelaku bom bunuh diri menyerang sebuah masjid di sana, menewaskan 64 orang dalam serangan teror paling mematikan di Pakistan sejak 2018.

Negara Islam di Provinsi Khorasan, ISKP (ISIS-K) mengaku bertanggung jawab atas pengeboman tersebut.

Pakistan mengalami lonjakan kekerasan selama setahun terakhir, dengan banyak serangan terhadap aparat penegak hukum, khususnya di provinsi Khyber Pakhtunkhwa serta provinsi selatan Balochistan.

Pada November tahun lalu, Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) , yang telah melakukan pemberontakan terhadap negara Pakistan selama lebih dari satu dekade, secara sepihak mengakhiri gencatan senjata dengan negara Pakistan.

Pada tahun 2022 saja, badan-badan pemantau Pakistan mencatat lebih dari 150 serangan yang dilancarkan oleh TTP, yang secara ideologis bersekutu dengan Taliban Afghanistan, di seluruh negeri, menewaskan puluhan orang.

Pihak berwenang khawatir kembalinya kekuasaan Taliban di Afghanistan telah memberanikan TTP dan menyebabkan kebangkitannya.

Kelompok itu menuntut pemberlakuan interpretasi garis keras mereka terhadap hukum Islam, pembebasan anggotanya yang ditangkap oleh pemerintah, dan pembalikan penggabungan wilayah kesukuan Pakistan dengan provinsi Khyber Pakhtunkhwa. (*)

 

FOLLOW US