• News

Wartawan Meksiko dan Aktivis Budaya Tuntut Presiden Akhiri Provokasinya

Yati Maulana | Jum'at, 23/12/2022 11:30 WIB
Wartawan Meksiko dan Aktivis Budaya Tuntut Presiden Akhiri Provokasinya Orang-orang berjalan melewati foto jurnalis dan aktivis yang terbunuh, pada malam Hari Orang Mati di Mexico City, Meksiko, 31 Oktober 2022. Foto: Reuters

JAKARTA - Sekelompok jurnalis Meksiko, kolumnis, dan komentator budaya menuntut dalam sebuah surat terbuka pada hari Rabu agar Presiden Andres Manuel Lopez Obrador berhenti melecehkan media yang kritis, dengan alasan dia mengobarkan api kekerasan dengan retorikanya.

Surat itu, yang ditandatangani oleh hampir 200 orang terkemuka Meksiko, diterbitkan di surat kabar dan dibagikan secara luas di media sosial. Hal itu terjadi seminggu setelah seorang jurnalis terkenal disergap oleh pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor yang menembaki kendaraan lapis bajanya.

Pembawa acara televisi dan radio Ciro Gomez Leyva selamat dari upaya pembunuhan 15 Desember, dan sejak itu kontroversi atas serangan sayap kiri Lopez Obrador terhadap media yang kritis terhadap pemerintahannya telah berkembang.

Surat terbuka itu menuduh Lopez Obrador "bertanggung jawab secara politik" atas serangan terhadap Gomez, menambahkan bahwa "hampir semua ekspresi kebencian terhadap jurnalis, lahir, diinkubasi, dan menyebar" dari kantor presiden.

Lopez Obrador segera mengutuk serangan itu, tetapi kemudian dengan cepat beralih menyerang jurnalis elit yang dia tolak sebagai pakar konservatif, termasuk Gomez.

Selama konferensi pers reguler pada hari Rabu, presiden mengulangi janjinya untuk menyelidiki upaya pembunuhan tersebut, menyangkal bahwa dia telah mempolarisasi negara, dan berpendapat bahwa sebagian besar tokoh media menentang "transformasi" politik yang dia cari.

"Mayoritas media, seperti blok konservatif negara, ingin mempertahankan rezim korup yang sama," katanya. "Saya benar-benar menyesal mereka kesal," tambahnya.

Menurut Reporters Without Borders (RSF) yang berbasis di Paris, Meksiko adalah negara paling mematikan di dunia bagi jurnalis dengan 11 orang tewas sepanjang tahun ini.

Data RSF menunjukkan kekerasan terhadap pers selama paruh pertama masa jabatan Lopez Obrador naik 85%, dibandingkan dengan periode yang sama pada masa jabatan pendahulunya.

Surat terbuka itu, yang juga ditandatangani oleh tokoh-tokoh terkenal dalam penerbitan film dan majalah Meksiko, memperingatkan bahwa serangan yang lebih kejam terhadap media kemungkinan besar terjadi jika presiden menolak untuk melakukan lebih banyak "pengendalian diri".

FOLLOW US