• News

Synergy: Perlu Dukungan Bersama Membentuk Siswa Unggul

Yahya Sukamdani | Kamis, 01/12/2022 06:01 WIB
Synergy: Perlu Dukungan Bersama Membentuk Siswa Unggul Ilustrasi lulusan sekolah. Foto: ist

JAKARTA – Komitmen untuk mengembangkan potensi siswa memerlukan dukungan nyata dari semua pemangku kepentingan. Tidak cukup memastikan adanya jumlah guru yang berkompeten, misi mulia ini juga mensyaratkan adanya dukungan infrastruktur teknologi informasi yang merata, sistem pengawasan yang efektif, serta dukungan regulasi dan komitmen dari pemerintah pusat maupun daerah.

“Kalau kita bicara soal pendidikan berkualitas, kita kerap dihadapkan dengan program-program peningkatan akses pendidikan. Padahal bukan itu yang kita inginkan. Pendidikan berkualitas membutuhkan kecukupan guru, pengawas, dan kepala sekolah yang mumpuni, baik di lingkungan sekolah maupun pergaulan dengan pemerintah maupun mitra-mitra pembangunan. Namun, jika kita hanya menunggu sampai program serupa itu menjadi prioritas maka pendidikan berkualitas tidak akan tercapai. Di sinilah perlu kolaborasi dan sinergi dari semua pihak supaya lulusan kita yang tahun ini lebih baik dari tahun lalu,’’ ungkap Direktur Utama Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja saat memimpin Focus Group Discussion (FGD) Peningkatan Sebaran Pendidikan Berkualitas: Merumuskan Konsensus Pemerintah, Sekolah dan Guru di Provinsi Riau pada Rabu (30/11/2022).

Selain komitmen untuk membentuk siswa unggul, ada sejumlah isu menarik yang muncul dalam FGD tersebut. Di antaranya: dukungan terhadap peningkatan penggunaan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar siswa dan belum meratanya sebaran jumlah guru.Mengenai masih kurangnya jumlah guru berkompetensi tinggi, perlu adanya regularisasi pelatihan guru di kabupaten/kota Provinsi Riau. “Para peserta FGD menonjolkan pentingnya para guru dan kepala sekolah saling membagikan cara-cara menumbuhkan potensi siswa yang sesuai dengan  kebutuhan dan tantangan di sekitarnya,” imbuh Dinna.

Berkembangnya forum saling berbagi sesama guru lewat komunitas seperti KKG (Kelompok Kerja Guru) maupun MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) harus terus didorong keberadaannya dan ditularkan ke daerah lain. “Di sini, keberadaan KKG dan MGMP perlu ditopang oleh dinas, pemda hingga kepala sekolah. Sehingga peran komunitas semakin konkret dalam mendukung peningkatan kualitas para guru,’’ jelas Fakhrurrozi, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Siak.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pekanbaru Abdul Jamal mengungkapkan pentingnya pola pembelajaran yang didukung oleh sistem pembelajaran yang implementatif dan kontekstual. Para guru harus kreatif dalam mengajar agar siswa mengalami, menemukan, dan mengkomunikasikan apa yang mereka lihat dan rasakan. “Misalnya guru mengajak siswa ke tempat agrowisata atau ke damkar untuk belajar tentang alam atau profesi. Guru sejarah perlu membawa anak didiknya ke museum,’’ ungkap Abdul Jamal.

Jamal merujuk pada pengalamannya ketika berada di Dinas Tenaga Kerja, di mana banyak lulusan ternyata tidak siap bekerja. “Dulu pernah membuat lowongan kerja. Dari 3.000 lowongan hanya terisi 20% saja,’’ jelasnya.

Rata-rata para lulusan tersebut tidak diterima karena kurangnya pendidikan karakter dan keterampilan yang disyaratkan dunia industri. Di sini memang masih terjadi gap link and match antara dunia pendidikan dan dunia usaha.

“Ini perlu dijembatani dengan lulusan sekolah yang berkualitas dan diperlukan oleh industri,’’ jelasnya.

FOLLOW US