• Info MPR

Esensi Terpenting Hari Pahlawan: Mentransformasikan Spirit Nasionalisme dan Patriotisme

Akhyar Zein | Kamis, 10/11/2022 13:46 WIB
Esensi Terpenting Hari Pahlawan: Mentransformasikan Spirit Nasionalisme dan Patriotisme Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah dalam forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Sedunia di Bandung, Jawa Barat, Rabu (foto: Humas MPR)

JAKARTA – Menyambut Hari Pahlawan 2022, Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengajak generasi muda menjadi bagian dari pahlawan kebhinekaan di era 5.0 saat ini. Dia menilai kepahlawanan seseorang tidak hanya terbatas pada saat peperangan merebut kemerdekaan, tapi juga mempertahankan dan mengisi kemerdekaan itu.

‘’Tentu sangat berat merebut kemerdekaan dari penjajah, kita semua berutang jasa pada pahlawan bangsa. Tapi, mempertahankan dan merawat kemerdekaan juga bukan perkara mudah, khususnya di tengah banyaknya kepentingan anak bangsa saat ini yang banyak mengedepankan ego masing masing untuk mencapai kepentingan pribadi dan kelompoknya sendiri,’’ jelas Ahmad Basarah di Jakarta, Kamis (10/11/22).

Esensi terpenting dalam peringatan Hari Pahlawan setiap 10 November adalah menggali untuk kemudian mentransformasikan spirit nasionalisme dan patriotisme yang diwariskan para pahlawan bangsa kepada generasi selanjutnya. ‘’Dengan demikian kita benar-benar dapat menangkap api kepahlawanan para pendahulu bangsa,’’ tegas Ahmad Basarah.

Dari banyak nilai dan spirit kepahlawanan yang harus ditiru generasi saat ini adalah bagaimana para pahlawan bangsa menjunjung tinggi toleransi setiap kali mengambil keputusan bersama saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Toleransi yang besar telah mereka perlihatkan dalam Kongres Pemuda Kedua pada 27 - 28 Oktober 1928, yang di dalamnya tirani mayoritas ditiadakan dan eksistensi minoritas dihargai lewat kesepakatan ikrar Sumpah Pemuda bahwa mereka bersatu dalam konsep tanah air, bangsa, dan bahasa.

Saat ini pahlawan-pahlawan kebhinekaan sangat dibutuhkan jika merujuk pada beberapa survei terkait posisi Indonesia dalam hal toleransi. Dalam rilis terbarunya, Juni 2022, Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta menyimpulkan 30,16% mahasiswa Indonesia memiliki sikap toleransi beragama yang rendah atau sangat rendah. Survei PPIM dilakukan di 92 perguruan tinggi di 34 provinsi mengenai toleransi di kalangan responden mahasiswa dan dosen dari kelompok Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu dan aliran kepercayaan.

“Gejala-gejala inklusivisme seperti ini tentu merisaukan kita dan bisa menggerus kebhinekaan. Karena itu dibutuhkan kehadiran pahlawan-pahlawan kebhinekaan yang terus mengusung toleransi. Gerakan itu bisa dimulai dari diri sendiri, dilanjutkan keluarga, kemudian bergerak di kelompok sebaya sampai gerakan besar demi tujuan mempertahankan ideologi Pancasila dan NKRI,” pungkas Ahmad Basarah.

FOLLOW US