• News

Tuan Rumah G20 Indonesia Tunggu Kepastian Kehadiran Putin Hingga Menit Terakhir

Yati Maulana | Kamis, 03/11/2022 22:01 WIB
Tuan Rumah G20 Indonesia Tunggu Kepastian Kehadiran Putin Hingga Menit Terakhir Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi saat wawancara di Jakarta, 3 November 2022. Foto: Reuters

JAKARTA - Tuan rumah KTT G20 Indonesia sedang menunggu untuk melihat apakah Presiden Rusia Vladimir Putin akan hadir. Menteri luar negeri Indonesia Retno Marsudi menambahkan bahwa perbedaan atas Ukraina telah membuat persiapan untuk pertemuan itu sangat berat.

Kepresidenan Indonesia untuk G20 tahun ini dan persiapannya untuk KTT 15-16 November di pulau Bali telah dibayangi oleh perang di Ukraina dan mengakibatkan krisis pangan dan energi, dengan 20 ekonomi paling kuat di dunia tidak setuju tentang bagaimana menanggapinya .

Retno mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara bahwa kehadiran Putin pada pertemuan itu mungkin baru terlihat pada menit terakhir. "Mari kita tunggu sampai D-Day," katanya, ketika ditanya apakah kehadiran pemimpin Rusia itu telah dikonfirmasi.

Presiden AS Joe Biden akan hadir.

Ketika Indonesia menjadi ketua G20 pada bulan Desember, kekhawatiran terbesar adalah pemulihan dari pandemi virus corona, katanya. Tetapi itu berubah dengan invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.

Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari fasis. Ukraina dan Barat mengatakan tuduhan fasis tidak berdasar dan bahwa perang adalah tindakan agresi yang tidak beralasan.

Sebagai tuan rumah G20, Indonesia telah bekerja keras untuk menjembatani kesenjangan dua negara. Presiden Joko Widodo mengunjungi Kyiv dan Moskow pada bulan Juni dan mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk menghadiri KTT tersebut.

Kehadiran Zelenskiy belum dikonfirmasi tetapi Ukraina pada Selasa menyerukan agar Rusia dikeluarkan dari G20 dan undangan Putin ke KTT Bali dicabut.

Ditanya soal pemanggilan itu, Retno mengatakan itu bukan hak prerogatif ketua G20. "Kepresidenan tidak punya hak untuk mengusir, kecuali itu adalah konsensus dari negara-negara anggota G20," katanya.

Retno mengatakan beberapa negara telah mengambil pendekatan "hitam putih" untuk masalah yang sangat kompleks, dan dalam beberapa kasus anggota kelompok membutuhkan waktu berhari-hari untuk menyepakati penggunaan satu kata.

"Ini sangat, sangat, sangat sulit," katanya tentang persiapan KTT. "Saya bisa katakan bahwa kepresidenan Indonesia kali ini, mungkin salah satu atau mungkin yang paling sulit dari semua G20 karena masalah geopolitik, ekonomi, dan lain-lain."

Kelompok tersebut telah gagal merilis komunike bersama pada beberapa pertemuan tahun ini, termasuk pertemuan para menteri luar negeri G20 pada bulan Juli.

Sebuah komunike bersama juga tampaknya tidak mungkin pada KTT mendatang, dengan Indonesia malah mengerjakan "deklarasi pemimpin", dua sumber diplomatik mengatakan kepada Reuters.

Retno menolak menjawab langsung pertanyaan tentang kemungkinan komunike, hanya mengatakan bahwa dia lebih peduli dengan substansi dokumen akhir.

"Apapun nama yang dipakai akan mengandung komitmen politik pemimpin. Bagi kami, lebih baik kita fokus pada konten. Pada akhirnya, konten lebih banyak berbicara," katanya.

Indonesia, yang memberikan suara di Majelis Umum PBB pada bulan Oktober untuk mengutuk apa yang disebut Rusia sebagai pencaplokan empat wilayah Ukraina, telah menyatakan bahwa G20 harus fokus pada masalah ekonomi.

Retno mengatakan meski diskusi tentang perang Ukraina tak terhindarkan, G20 tetap "utuh".

Di antara keberhasilan tahun ini, katanya, adalah dana untuk pandemi di masa depan yang telah mencapai $ 1,4 miliar, dengan kontribusi dari negara-negara seperti China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

FOLLOW US