• Kabar Pertanian

Program Magang Jepang JAEC, Kementan: Peserta Magang Harus Jadi Wirausahawan yang Profesional

Agus Mughni Muttaqin | Sabtu, 22/10/2022 12:49 WIB
Program Magang Jepang JAEC, Kementan: Peserta Magang Harus Jadi Wirausahawan yang Profesional Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi. (Foto: Kementan)

JAKARTA - Kesuksesan program magang petani ke Jepang ditindaklanjuti Kementerian Pertanian. Program ini diharapkan bisa melahirkan SDM-SDM pertanian berkualitas.

Tindak lanjut itu dilakukan melalui Workshop Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Alumni Magang Jepang JAEC Tahun 2021, di Auditorium Gedung D Kementan, Sabtu (22/10/2022).

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, peningkatan SDM pertanian harus dilakukan.

"SDM pertanian adalah faktor penting dalam peningkatan produktivitas pertanian. Oleh karena itu, Kementan selalu berusaha meningkatkan kapasitas SDM," ujarnya.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, menjelaskan lebih lanjut mengenai hal itu.

"Acara hari ini mempunyai nilai dan arti yang sangat penting bagi pengembangan SDM Pertanian, dalam melahirkan generasi muda pertanian yang kompeten, profesional dan berdaya saing, guna menghadapi tantangan globalisasi dan industri 4.0," katanya 

Menurutnya, sejak tahun 1984 Kementerian Pertanian telah melaksanakan Peningkatan Kapasitas Pemuda Tani di Bidang Pertanian melalui Program Pelatihan dan Magang ke Jepang dan hingga saat ini telah ada 1.384 peserta yang dikirimkan. 

"Program magang ini bertujuan untuk Peningkatan Kapasitas Pemuda Tani di Bidang Pertanian melalui Program Pelatihan dan magang di sektor on farm mulai dari budidaya hingga pasca panen dalam hal ini (pengemasan) pada komoditas Hortikultura, Tanaman Pangan dan Peternakan," ujarnya.

Ia berharap setelah kembali dari Jepang, peserta dapat dan wajib menjadi petani muda andalan di daerahnya.

"Serta dapat menggunakan teknologi yang sudah diberikan selama magang sehingga menghasilkan produk berorientasi ekspor atau pelaku ekspor itu sendiri," ujarnya.

Ia menambahkan, Kementerian Pertanian memberikan prioritas tinggi terhadap pengembangan petani muda, yang diharapkan akan menjadi pemimpin lokal bagi komunitas mereka masing-masing, dengan mengirimkan mereka pada program pelatihan praktek kerja (magang). 

Kepada para petani muda yang menjadi peserta magang, Dedi Nursyamsi menambahkan, petani harus menghasilkan duit.

"Tentunya kalian sebagai wirausaha muda pertanian harus pintar menghasilkan duit. Saat ini Kalian telah membangun network, kolaborasi, silaturahim bukan hanya dalam negeri namun juga internasional untuk itu manfaatkan peluang-peluang yang ada," katanya.

Menurut Dedi, peserta magang harus menjadi Wirausahawan muda pertanian Indonesia yang profesional, mandiri dan berdaya saing 

"Harus bisa mengolah produk-produk pertanian. Kalian harus menjadi Kawah candradimuka," ujarnya 

"Untuk kalian, saya titipkan 3 amunisi, satu Smart Farming, pertanian yang cerdas yang mampu menggenjot produktivitas, dan kontinuitas kita. Ada yang di tempat terbuka dan ada yang kandang. Di On Farm. Dalam smart farming yang harus kalian perhatikan bibit, nutrisi yaitu pakan/pupuk. kedua Kredit Usaha Rakyat (KUR), manfaatkan fasilitas ini termasuk untuk petani milenial. KUR ibarat bensin," ujarnya.

Menurutnya, petani milenial harus saling merangkul sesama teman, bersanding dan berkolaborasi. Bangun network, dan sesungguhnya rezeki kalian ada disitu. 

Amunisi ketiga adalah kolaborasi, manfaatkan mitra yang ada. Saya ingin mengajak wirausaha muda pertanian yang berdaya saing, berjiwa entrepreneurship yang tinggi," katanya. 

Sementara Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Kapuslatan), Leli Nuryati, menjelaskan tujuan kegiatan ini untuk mendorong sirkulasi Sumber Daya Manusia melalui Dukungan bagi peserta pelatihan praktik kerja dalam memulai Agribisnis setelah kepulangan. 

"Hal ini menunjukan bahwa kita tidak berhenti dan berfokus pada pemberangkatan saja, tetapi dipikirkan pula setelah kembali berupa pembinaan dan percepatan perkembangan usaha agribisnis alumni-alumni pelatihan luar negeri," ujarnya.

Menurutnya, mereka yang pulang harus menjadi pionir, role model petani, dan agripreneur yang sukses. 

"Untuk itu para peserta sekalian wajib untuk belajar tidak hanya teknis tetapi juga mental pengusaha yang tangguh," katanya 

Leli Nuryati menambahkan, tujuan proyek ini sendiri adalah membentuk program secara berkelanjutan mendukung pemagang dalam merencanakan, menginisiasi dan menjalankan agribisnis di Indonesia dengan memperbaiki materi pelatihan, sistem tindak lanjut, dan kapasitas petani.

Peserta yang telah pulang saat ini berjumlah sepuluh (10) orang dari JAEC, Tokyo, dan merupakan Peserta Magang yang diberangkatkan tanggal 21 November 2021, dengan asal dari Jawa barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Lampung, dan Sumatera Utara.

Salah seorang peserta Nanda Susilo asal Lampung menyampaikan yang masa adaptasi saat magang adalah mengenai makanan dan iklim. 

"Karena di Jepang memiliki iklim yang berbeda, pertanian dan peternakan ditempa di host farma peternakan ayam dan pertanian padi," katanya.

Menurutnya, pertanian dan peternakan di jepang sangat menarik. Banyak pembelajaran yang dipelajari yang sangat berat sampai akhirnya kenzu ini selesai.

"Ilmu yang saya dapat menjadi modal saya ke depannya dalam membangun usaha tani. Setelah selesai Kenzu ini akan mengaplikasikan ilmu dan membagikan ilmu kepada kerabat, dan petani sekitar," ujarnya.

Untuk itu Nanda dan para alumni lainnya terus mohon dukungan program pembelajaran dari Kementan untuk petani milenial.

"Semoga dengan program JAEC Tokyo ini Petani Indonesia menjadi lebih baik. Saya mewakili sangat berterima kasih kepada Bapak Menteri Pertanian, Kementerian Pertanian, kepala Badan PPSDMP, Puslatan dan, IKAMAJA, UPT Pelatihan dan P4S karena telah diberikan kesempatan untuk belajar ke Jepang," ujarnya.

FOLLOW US