Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi
BLITAR - Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) melakukan tindakan nyata guna mencegah kasus stunting di Tanah Air. Salah satu upaya adalah mengampanyekan gerakan gemar makan telur secara gencar.
Terkait hal itu, NFA menggelar kampanye makan telur di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Kamis (13/10/2022).
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Hadi mengatakan kegiatan kampanye makan telur ayam ini sengaja digelar di Blitar, karena daerah ini termasuk penghasil telur di Indonesia.
"Kami peringati Hari Telur Sedunia dengan peternak ayam layer di Blitar, sebab daerah ini penyumbang 30 persen penghasil telur di Indonesia, sehingga tempat ini tepat untuk menyampaikan kampanye makan telur, minimal satu butir satu hari," kata Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, di Kabupaten Blitar, Kamis (13/10/2022).
Menurut Arief, telur merupakan salah satu sumber protein yang harganya terjangkau serta mudah diolah. Dengan makan telur minimal satu butir satu hari, kandungan gizinya sudah bisa untuk sumber protein di tubuh, sehingga juga diharapkan dapat mencegah stunting pada anak.
"Kandungan nutrisi telur begitu lengkap, baik makro maupun mikro nutrien, namun konsumsi telur kira masih sebesar 7,5 kg/kapital/tahun.Jika dibandingkan negara lain, konsumsi telur kita masuk urutan ke-15 dunia. Tentu upaya peningkatan konsumsi telur terus dilakukan melalui gerakan gemar makan telur, seperti hari ini," kata Arief.
Menurut Arief, gerakan gemar makan telur merupakan bagian dari upaya menyehatkan dan meningkatkan gizi masyarakat.
"Telur dengan segudang nutrisinya dapat menjadi asupan pangan tambahan yang efektif bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, agar anak-anak Indonesia terhindar dari stunting dan mengurangi potensi kerawanan pangan dan gizi di suatu wilayah," ujar Arief.
Saat ini, pengentasan stunting menjadi program strategis pemerintah.Berdasarkan data, angka prevalensi stunting di Indonesia tahun 2021 masih sebesar 24,4 persen, sedangkan standar WHO adalah sebesar 20 persen, sehingga Indonesia masuk kategori masalah stunting yang tinggi.
Arief menambahkan, Presiden Joko Widodo fokus terhadap penanganan masalah stunting.
"Bapak Presiden memberikan arahan kepada kita semua agar di tahun 2024 angka prevalensi stunting di Indonesia harus di bawah 14 persen, " kata Arief.