BALI - Pertanian tidak bisa digarap sembarangan. Jika ingin maju, pertanian harus memikirkan bibit, bebet dan bobot, termasuk juga pupuk.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, saat mengunjungi PT Bali Sri Organik di Jl Paninjauan No 1 Sangeh, Badung, Bali, Sabtu (8/10/2022).
"Pertanian itu harus memikirkan bibit, bebet dan bobot. Jika pertanian ingin maju juga harus perhatikan pupuknya," katanya.
Tidak itu saja, Dedi juga mengatakan produk-produk teknologi micro harus dikuasai oleh para peserta magang agar pertanian di daerahnya bisa maju terus. Seperti diketahui, PT Bali Sri Organik sendiri menjadi lokasi magang untuk program P4S.
"Pelatihan magang seperti ini sama saja dengan membagikan ilmu. Semakin banyak membagikan ilmu, maka semakin banyak mendapatkan ilmu, seperti perumpamaan harta dengan harti, harta semakin kita kasih maka semakin habis. Harti jika kita bagikan makan akan semakin bertambah. Maka hati kita akan semakin senang jika membagikan ilmu dan keterampilan kepada petani termasuk kepada para mahasiswa, dia pasti semakin banyak ilmunya dan semakin pintar," katanya.
Dedi Nursyamsi mengatakan, dalam hal harta kita harus lihat ke bawah agar selalu bersyukur.
"Kalau harti lihat keatas agar termotivasi. oleh karena itu saya senang sekali petani dari seluruh wilayah READSI ini sudah berbagi pengalaman, ilmu dan keterampilan yang semuanya untuk menggenjot produktivitas kita," ujarnya.
Berbicara mengenai pertanian, menurut Dedi, ada 2 hal yang penting.
"Pertama smart farming guna menggenjot produktivitas, dan pemanfaatan teknologi guna mengikuti perkembangan zaman," katanya.
Kepala Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDMP
Leli Nuryati, berharap PT BSO bisa membagikan ilmu ke petani lainnya.
"Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan di daerah daerah dan semua arahan Pak Kabadan bisa dilaksanakan dengan baik oleh para peserta magang," katanya.
Ida Bagus Gede Arsana dari PT. Bali Sri Organik (BSO) menjelaskan pengembangan yang dilakukan perusahaannya.
"Kita kembangkan ke arah timur karena masing-masing tujuh setengah hektar. Jadi hampir 30, 40 hektar, subaknya 15 meter organik semua," ujarnya.
Menurutnya BSO mengembangkan pertanian organik.
"Untuk padi saja, mereka menyiapkan beras organik selanjutnya kita kembangkan ke Tiongkong sampai Karang Asem, jadi total sudah memiliki 7 subak dan ke 7 nya sudah memiliki sertifikat organik," terangnya.
Ida Bagus yang juga Wakil Ketua Umum Himpunan Aloemni IPB, membuka ini agar bisa masuk ke disi Porang untuk hyver.
"Jadi yang magang disini kita berikan pemaparan jadi yang 3 hari itu pertama tentang pemaparan Bali sendiri tentang subaknya dengan jenis lokal nya seperti apa lalu kita lanjut dengan sistem budidaya padi metode SNI nya sampai praktek ke lapangan lanjut pelatihan membuat pupuk organik cair, pupuk organik padat, pupuk organik hayati sama pestisida nabati," jelasnya.