• News

Desakan Restrukturisasi Utang dan Banjir Picu Merosotnya Obligasi Pakistan

Yati Maulana | Jum'at, 23/09/2022 23:30 WIB
Desakan Restrukturisasi Utang dan Banjir Picu Merosotnya Obligasi Pakistan Warga naik perahu kayu melewati rumah-rumah yang terendam banjir, di tepi danau Manchar, Sehwan, Pakistan, 6 September 2022. Foto: Reuters

JAKARTA - Obligasi Pakistan merosot menjadi hanya setengah dari nilai nominalnya pada hari Jumat, setelah Financial Times mengatakan sebuah badan pembangunan PBB mendesak negara Asia Selatan yang kekurangan uang itu untuk merestrukturisasi utangnya.

Banjir yang menghancurkan melanda sebagian besar negara bulan ini, mempengaruhi 33 juta orang, menyebabkan kerusakan diperkirakan mencapai $30 miliar, dan menewaskan lebih dari 1.500 orang, menimbulkan kekhawatiran bahwa Pakistan tidak akan memenuhi utangnya.

Sebuah memorandum Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan diserahkan kepada pemerintah Pakistan minggu ini mengatakan krediturnya harus mempertimbangkan keringanan utang setelah banjir, menurut Financial Times.

Memorandum itu selanjutnya mengusulkan restrukturisasi atau pertukaran utang, di mana kreditur akan melepaskan pembayaran sebagai imbalan atas persetujuan Pakistan untuk berinvestasi dalam infrastruktur tahan perubahan iklim, kata surat kabar itu.

Kantor luar negeri di Islamabad tidak segera menanggapi permintaan Reuters untuk mengomentari memorandum tersebut. Para menteri keuangan dan informasi tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.

Seorang juru bicara UNDP di Pakistan tidak menanggapi permintaan komentar.

Sinyal Jumat memperkuat kekhawatiran default, memukul utang pemerintah internasional Pakistan.

Salah satu obligasi negara utama yang akan dilunasi pada tahun 2024 merosot lebih dari 9 sen menjadi sekitar 50 sen dolar, sementara yang lain jatuh tempo pada tahun 2027 turun menjadi sekitar 45 sen.

Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengimbau dunia dan negara-negara kaya untuk segera meringankan utang, mengatakan apa yang telah dilakukan terpuji, tetapi menambahkan, "Ini jauh dari memenuhi kebutuhan kita."

Dalam sebuah wawancara pada hari Jumat, Sharif mengatakan kepada Bloomberg TV di New York bahwa Pakistan telah membahas masalah penghapusan utang dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan para pemimpin dunia.

"Kami telah berbicara dengan para pemimpin Eropa dan pemimpin lainnya untuk membantu kami di klub Paris, untuk mendapatkan kami moratorium," katanya, mengacu pada kreditur negara kaya.

Negara berpenduduk 220 juta itu tidak akan mampu berdiri sendiri, Sharif menambahkan, "kecuali kita mendapatkan bantuan yang substansial".

Dia mengatakan Pakistan juga akan mencari bantuan dari sekutu lama China, yang berutang sekitar 30% dari utang luar negerinya.

Baik pemerintah maupun Guterres menyalahkan banjir tersebut pada perubahan iklim.

FOLLOW US