• Kabar Pertanian

Wanita Tani Sinar Pantalangi Sulap Bayam, Kelor, dan Bidara Jadi Keripik

Agus Mughni Muttaqin | Selasa, 13/09/2022 22:22 WIB
Wanita Tani Sinar Pantalangi Sulap Bayam, Kelor, dan Bidara Jadi Keripik Kelompok Wanita Tani Sinar Pantalangi Desa Nandu, Kecamatan Gadung, Kabupaten Buol. (Foto: Kementan)

JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sektor pangan lokal di seluruh tanah air agar mampu menghasilkan produk pangan lokal yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Kementan akan terus mengembangkan dan memberdayakan UMKM pangan lokal, terutama yang bergerak di sektor pertanian.

Pemberdayaan UMKM yang dilakukan oleh Kementan meliputi diseminasi teknologi untuk mengefisiensikan proses produksi dan mendekatkan UMKM terhadap akses pasar, serta memberikan akses modal dengan cara merintis kerja sama dengan perbankan.

"Kami juga telah melakukan kerja sama untuk memberikan kredit usaha rakyat (KUR) kepada UMKM sektor pertanian sebesar Rp 30 triliun. Langkah ini akan dilanjutkan dengan perbankan lainnya untuk memperluas akses permodalan bagi UMKM sektor pertanian," kata Mentan Syahrul.

Mantan gubernur Sulawesi Selatan itu pun berharap agar upaya tersebut mendapat dukungan dari semua pihak, baik pemerintah daerah maupun lembaga perbankan dan pihak terkait lainnya agar berjalan sesuai yang diinginkan.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Dedi Nursyamsi menuturkan bahwa solusi untuk membangun pertanian adalah wirausaha agribisnis.

Menurutnya, pertanian itu tidak hanya memenuhi kebutuhan sendiri, tidak hanya memenuhi kebutuhan keluarga, tidak hanya memenuhi kebutuhan tetangga, tapi pertanian itu harus ditujukan untuk mencari cuan sebanyak-banyaknya.

"Mulai saat ini yang harus kita lakukan adalah membangun agribisnis di seluruh pelosok tanah air. Kepada seluruh kawula muda, para petani milenial, petani andalan, calon petani milenial, kita harus berjuang membangun pertanian Indonesia melalui agribisnis. Karena dengan agribisnis maka keuntungan bisa kita genggam. Dengan agribisnis, pertanian dapat berkesinambungan," kata Dedi.

Dedi pun menyampaikan dua kunci utama yang harus dimiliki kawula muda di dalam berbisnis, yakni smart farming yaitu dengan menerapkan Internet of Things (IoT) dan pemanfaatan benih dan bibit yang mampu mendongkrak produktifitas tinggi.

"Ada dua kunci utama dalam mencapai kesuksesan dalam mengelola sektor pertanian. yang pertama adalah manfaatkan smart farming dan yang kedua adalah tingkatkan skala usaha melalui KUR," tegas Dedi.

Sebagai tindak lanjut, kelompok Wanita Tani Sinar Pantalangi yang tergabung dalam program READSI Kementan, Desa Nandu, Kecamatan Gadung, Kabupaten Buol mencoba peruntungan baru memproduksi keripik dengan bahan yang unik, yaitu keripik berbahan dasar daun bayam, daun bidara dan daun kelor. Bahan dasar tersebut juga merupakan hasil dari tanaman yang ditanam di demplot kelompok.

Awalnya Rahma anggota kelompok tani Sinar Pantalangi hanya mencoba berinovasi, setelah di upload di media sosialnya ternyata banyak warga yang berminat ke produknya. Pada akhirnya karena permintaan semakin hari semakin meningkat Rahma mengajak 3 KWT untuk memproduksi keripik berbahan jenis sayur tersebut.

Saat ini 3 kelompok Wanita berhasil memasarkan produk mereka di pusat oleh-oleh, kopreasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Buol. Hal ini merupakan hasil dari kerjasama yang dibangun oleh Fasilitator Desa Bersama Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Buol, Sulawesi Tengah dalam rangka membantu pemasaran produk agar lebih dikenal oleh masyarakat luar.

Dari modal awal hanya Rp 100 ribu, kini masing-masing KWT mampu memproduksi 5 kilogram keripik setiap harinya /satu jenis kripik. Kelompok berinovasi dengan menciptakan berbagai macam rasa yakni, original dan balado, Adapun harga keripik buatan KWT dibandrol Rp 10 ribu per 250 gram. Sedangkan kemasan 500 gram Rp 15 ribu.

Keberhasilan menciptakan suatu produk kripik berbahan sayur ini tidak lepas dari peran Zainal sebagai Fasiltator Desa Nandu program READSI yang terus mengajak para KWT tidak hanya menjual sayur saja akan tetapi mencoba berinovasi dengan produk olahan dan dikemas secara modern.

Tujuan Program READSI adalah memberdayakan rumah tangga di pedesaan di Sulawesi, Kalimantan Barat dan NTT, baik secara individu maupun secara kelompok, dengan keterampilan, membangun rasa percaya diri dan pemanfaatan sumberdaya untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian dan non-pertanian serta meningkatkan taraf hidupnya secara berkelanjutan.

Dengan sasaran petani yang dapat berperan sebagai agen perubahan yang memiliki kemampuan untuk memberikan contoh dan memotivasi kelompok miskin diwilayahnya untuk meningkatkan kesejahteraannya.

FOLLOW US