• News

28 Agustus 1789, Astronom William Herschel Temukan Satelit Saturnus Enceladus

Tri Umardini | Minggu, 28/08/2022 08:30 WIB
28 Agustus 1789, Astronom William Herschel Temukan Satelit Saturnus Enceladus 28 Agustus 1789, Astronom William Herschel Temukan Satelit Saturnus Enceladus. (FOTO: WIKIMEDIA)

JAKARTA - Astronom sekaligus komponis kelahiran Jerman-Inggris, William Herschel, menemukan satelit alami Saturnus, Enceladus, pada 28 Agustus 1789.

Enceladus merupakan satelit alami terbesar keenam planet Saturnus.

Satelit ini memiliki diameter sekira 500 kilometer, yaitu sekira sepersepuluh dari diameter satelit terbesar Saturnus, Triton.

Enceladus sebagian besar diselimuti oleh es segar dan bersih, sehingga satelit ini merupakan salah satu benda langit paling reflektif di Tata Surya.

Oleh sebab itu, suhu permukaannya pada siang hari hanya mencapai −198 °C (−324 °F), jauh lebih dingin daripada benda yang dapat menyerap cahaya.

Meskipun berukuran kecil, Enceladus memiliki rangkaian ketampakan permukaan yang luas, dimulai dari wilayah yang penuh akan kawah tua sampai terrain muda yang terdeformasi secara tektonik.

Enceladus ditemukan pada tanggal 28 Agustus 1789 oleh William Herschel.

Tetapi tidak banyak yang diketahui mengenai satelit ini hingga dua wahana antariksa Voyager, yakni Voyager 1 dan Voyager 2 melakukan penerbangan lintas di dekat satelit ini pada awal tahun 1980-an.

Pada tahun 2005, wahana antariksa Cassini mulai melakukan beberapa penerbangan lintas di Enceladus, yang berhasil mengungkapkan permukaan dan lingkungannya secara lebih rinci.

Selain itu, Cassini menemukan plume (semburan) yang keluar dari wilayah kutub selatan.

Kriovolkano yang berada di dekat kutub selatan menyemburkan pancaran seperti geyser yang mengandung uap air, hidrogen molekuler, bahan volatil lainnya, dan bahan padat, termasuk kristal sodium klorida dan partikel es, ke ruang angkasa sebanyak 200 kg per detik.

Lebih dari 100 geyser berhasil diidentifikasi. Sebagian uap air jatuh kembali menjadi "salju"; sisanya lolos, dan memasok sebagian besar bahan untuk membentuk cincin E Saturnus.

Menurut ilmuwan NASA, plume tersebut memiliki komposisi yang mirip dengan komet.

Pada tahun 2014, NASA melaporkan bahwa Cassini telah menemukan bukti keberadaan samudra besar di bawah permukaan kutub selatan Enceladus dengan ketebalan sekitar 10 km. (*)

FOLLOW US